Organik, Terbukti  Aman dan Bergizi

Penggunaan pestisida dan pupuk sintetis secara terus menerus dan semakin meningkat dosisnya, berakibat bukan hanya pada aspek keamanan makanan tetapi berdampak buruk terhadap lingkangan, baik abiotik dan biotik. Pengaruhnya pada unsur abiotik misalnya mencemari tanah, air, dan udara yang menyebabkan daya dukung unsur abiotik tersebut menurun.

Sedangkan pengaruh pada unsur biotik bisa langsung terhadap tanaman yang terpapar maupun organisme lain yang memakan tanaman yang tercemar tersebut. Untuk memotong penjelasan yang panjang dan terlalu teknis-akademis, cukuplah dikatakan disini bahwa pestisida dan pupuk sintesis telah menurunkan daya dukung (Carryiing Capacity) ligkungan sekitar.

Selama ini orang memilih budidaya tanaman secara organik bertujuan untuk memproduksi bahan pangan yang aman dari cemaran pestisida dan residu bahan kimia berbahaya. Ternyata bukan hanya itu. Berdasarkan uji Lab kedua di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang terbukti bahwa hasil pertanian khususnya sayur organik yang dibudidayakan oleh Tim PPUPIK UM Metro bersama kelompok Tani Hijau Daun di Karang Rejo, Metro Utara mengalami perbaikan dari segi keamanan pangan, residu Pb dan Cd di lingkungan (tanah dan air), serta kandungan nilai gizinya, bila dibandingkan dengan hasil uji Lab pertama yaitu sebelum dilakukan budidaya sayuran secara organik pada aspek yang sama. Aspek penting yang mengalami peningkatan kadar Vitaman A sayuran, kandungan Posfor (P), Nitrogen (N), dan Kalium (K) pada tanah.

Sedangkan zat-zat yang membahayakan berupa residu kimia dalam tanah dan air menurun drastis mendekati nol. Begitu juga residu kimia berbahaya yang berasal dari racun pembunuh hama tanaman baik yang berada pada tanah, ari, dan sayuran didapat sepersepuluh (1/10) lebih rendah dari budidaya non organik (sebelum budidaya secara organik).

Perlu kami tambahkan disini bahwa uji laboratorium yang pertaman kami lakukan sebelum melakukan budidaya organik, sebagai pre-test terhadap tanah, air, rumput, dan sayuran yang ditanam sera non organik. Setelah kami melakukan pengolahan tanah melalui pemupukan menggunakan kompos berbasis Pumakkal dan pemberian Pumakkal yang disemprotkan langsung pada tanaman, serta penyiraman tanaman menggunakan air tanah (bukan ledeng atau saluran irigasi) kemudian kami tanami dengan sayuran.

Setelah dua kali masa panen kami melakukan uji laboratorium yang kedua (post-test I) terhadap aspek yang sama. Hasil pengujian di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang, kami sampaikan apa adanya di alinea kedua tulisan ini. Tentu ini hasil yang perlu kami syukuri dan membahagiakan, karena sekecil apapun kontribusi kami terhadap budidaya sayuran organik, telah memberikan hasil yang positif. Saatnya kita semua berupaya menjaga keberlanjutan inovasi sederana ini untuk kehidupan generasi masa depan yang lebih sehat dan berkualitas melalui makanan sehat dan bergizi.

 

Penulis: Dr. Achyani, M.Si., Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Metro

 

 

Tinggalkan Balasan