Organik, Petani Kuat dan Generasi Sehat

Kita semua tidak ingin meninggalkan generasi yang lemah, generasi yang tidak sehat yang banyak mengalami gangguan kesehatan akibat mekonsumsi makanan tidak sehat yang mengandung bahan kimia beracun atau mikroorganisme patogen. Salah satu bahan makanan yang tidak sehat adalah sayuran yang mengandung pestisida. Berdasarkan observasi pada petani sayur, selama usia tanam sayur (28 hari) rata-rata disemprot pestisida tiga kali. Efek zat kimia yang terkandung dalam pestisida memang tidak terasa secara langsung efek negatifnya ketika memakannya tapi akan terakumulasi dan terasa efek negatifnya dikemudian hari.

Data jenis penyakit yang ditimbulkan oleh zat kimia yang digunakan sebagai pestisida antara lain: kanker (usus, leukimia, tulang, tiroid, hati, dll), parkinson, obesitas, kemandulan, bayi lahir cacat, diabetes, dll.

Allah menyeru kita agar memilih makanan terbaik untuk dikonsumsi (QS Abbasa: 24. Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya). Ditegaskan lebih jauh dalam beberapa firman Allah (QS 2: 168, 172, 173; QS 5:87, 88) agar kita mekonsumsi makanan halal dan thayyiban (higienis). Thayyiban diartikan sebagai makanan yang bergizi dan terbebas dari zat berbahaya serta kuman penyakit.

Maka, segeralah memulai mekonsumsi sayuran yang tidak menggunakan bahan kimia berbahaya (pestisida), dan itulah sayuran ORGANIK. Dengan cara memakan sayuran organik kita menjadikan petani menjadi kuat dan anak cucu kita lebih sehat.

Di sisi lain, kita juga tidak ingin petani kita lemah dan tergantung kepada sistem atau pihak yang sengaja menggiring petani terjebak dalam satu perangkap ekonomi kapitalis yang eksploitatif. Sebuah sistem yang mengkondisikan petani hanya sebagai objek pengguna dari produk yang berorientasi keuntungan ekonomi belaka, dan terbukti membuat celaka tatanan ekologi pertanian. Itu semua sudah terjadi. Tapi, bukan berarti berdiam diri membiarkan keterpurukan petani dan ekosistem pertanian kita terus terjadi.

Sistem petanian organik yang bertujuan meminimasi input yang berasal dari luar baik berupa pestisida maupun pupuk kimia sintetis perlu diprioritaskan disaat kondisi tanah, air, udara di lingkungan sekitar semakin tidak lagi sehat. Tujuan lebih substansial, tentu saja agar petani lebih mandiri, tidak terperangkap dalam arus kapitalisme produsen pestisida dan pupuk sintetis.

Petani harus mandiri dengan memanfaatkan sumberdaya alam sekitar yang menyediakan segala input yang diperlukan dalam bercocok tanam. Sebutlah pelbagai macam bahan pupuk dan pestisida hayati yang berasal dari tumbuhan di sekitar petani dengan mudah didapatkan. Masalahnya tentu saja perlu campur tangan IPTEK yang ramah lingkungan agar proses bisa lebih cepat dan produk pupuk tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Pumakkal, adalah biang atau starter yang telah terbukti efektivitasnya terhapat pembuatan pupuk kompos. Aplikasi terhadap pupuk kompos berbahan utama kulit kopi hanya memerlukan waktu 40 hari. Sedangkan bila dibiarkan penguraian secara alami memerlukan waktu setidaknya satu tahun.

Pupuk kompos yang tim PPUPIK UM Metro hasilkan, tidak sekedar menghasilkan hara yang menyuburkan tanah tetapi dimaksudkam juga untuk mencegah hama dan penyakit dengan mencampurkan bagian tumbuhan yang diharapkan dapat mengusir hama dan penyakit tanaman. Bagian tanaman tersebut antara lain adalah rebung bambu, daun dan buah mindi (Melia azedarchta), daun serai, daun sirsak, dll.

Aplkasi pada tanaman sayuran di desa Karangrejo 23 Kota Meto dan kecepatan pertumbuhan sayuran yang diberi pupuk organik berbasis Pumakkal tidak berbeda kecepatannya dengan sayuran yang diberikan pupuk sintetis. Penampilan daun sayuran juga hanya berlubang kurang dari 5%. Jadi tetap tampil utuh dan cantik seperti tanaman sayuran yang disemprot pestisida.

 

Penulis: Dr. Achyani, M.Si.

1 Komentar

  • Makanan dan sayuran hasil organik memang bagus untuk kesehatan generasi muda ya..
    Tapi, di pasaran, sayur yang organik kok harganya lebih mahal ya?

    kelapa wulung

Tinggalkan Balasan