Kisah Inspiratif Dosen UM Metro Peroleh Beasiswa Ph.D Hungaria

Kisah Inspiratif Dosen UM Metro Peroleh Beasiswa Ph.D Hungaria

Tahun 2014 aku memutuskan untuk kuliah ke luar negeri. Saat itu tidak tahu hal apa yang harus dipersiapkan. Okelah baca-baca persyaratan ternyata harus ada LoA disamping ada Toefl/IELTS. Nah, what is IELTS? langsung googling dan mikir sekali tes aja bayarnya 3 jutaan dan belum tentu dapat 6.5. Karena masih single waktu itu bayarlah pake duit tabungan dan berangkat tes ke jogja persiapan cuma 3 bulan otodidak. Pengumuman keluar dan saat itu skorku cuma 5.5 ngenes banget. Dikti membuka beasiswa bppln sampi 3 bulan ke depan. Aku fikir gampang ya nyari LoA, langsung aku sebar proposal ke beberapa kampus di US dan Australia. hahaa. yang ada malah dicaci maki karena pinginnya dapet LoA dalam waktu singkat sedang nilai IELTS cuma 5.5. Mungkin ada sekitar 10 kampus saat itu yang aku kirimin proposal yang ga jelas itu. hahaha….

2015, Oke, ganti strategi. sekarang cari kampus yang terima skor 5.5 pilihannya Jepang dan non-eng speaking countries. kebetulan istri pernah tinggal di Jepang jadi strategiku sekalian bawa istri balik ke sana lagi. Ada sekitar 40 PT di Jepang yang masuk list BPPLN. Jadi tiap hari bangun jam 3 pagi kirim proposal satu-satu ke kampus yang ada jurusanku. Tapi realita tidak sesuai ekpektasi, dari 30an kampus yang aku email hanya ada 3 professor saja yang balas. 2 rejection karena proposalku bukan standar propsoal PhD, nah yang satu lagi welcome tapi sayangnya program PhD hanya ada dalam bahasa Jepang. Kamu sanggup ga? dan itupun baru akan dibuka tapi belum tahu kapan. Whattt!!! Sampai disini aku berfikir ulang sepertinya banyak yang harus dipersiapkan memang kalau pingin kuliah ke luar negeri. Baiklah, selama setahun ini coba buat proposal yang bisa menarik supervisor.

Memang Alloh maha tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Tahun 2016 awal, aku dapat beasiswa platihan Ielts dari dikti di UGM. Dengan sangat pede kalo dah pelatihan pasti naik skornya, eh ga tahunya masih tetap sama diangka 5.5. Saat itu sudah pasrah, cuma berdoa ya Alloh jika memang Kau ijinkan aku pergi maka berilah aku petunjuk. Betul, pertengahan tahun aku dapat panggilan lagi tes IELTS yang ke 2 di ITB. Di sini aku sudah mulai lelah karena setiap minggunya harus tes evaluasi selama 2 bulan setiap tes 3 jam, 4 skills. Di samping itu aku berdoa ya Alloh aku tidak minta skor tinggi tapi hanya 6.5 saja. Alhamdulillah perjuangan selama 3 bulan terakhir akhirnya menuai hasil, dan diluar ekspektasi, skorku tembus 6.5 dengan tidak ada skor dibawah 6. Alhamdulillah tiket kuliah dengan beasiswa semakin terbuka. Sukses?? belum gaes!

Asumsiku kalo sudah dapat skor 6.5 gampang ya cari LoA. aku punya waktu 2 tahun sebelum masa sertifikatku habis. Langsung cusss sending email ke New Zealand. Wahh keren ya kalo bisa kuliah di NZ ga tahu kenapa obsesinya ke sini karena efek lihat film Hobbit kali ya. Oke, 3 kampus list dikti saya tanyai satu-satu. Alhamdulillah di tahun ini pertama kalinya emailku direspon positif tapi dengan banyak pertimbangan. Dapatlah kampus di Auckland Univ. Jurusan applied Linguistics. Tapi Proposalku yang tadinya education harus dirubah total ke topik sosiolinguistics. Kalau kamu mau, saya siap jadi supervisormu. Tanpa fikir panjang langsung bilang yes, I will choose your selected topic. Ada 20 artikel sang professor yang harus ku baca dalam waktu 1 bulan sebelum menyerahkan proposal baruku. Hal yang paling kuingat saat pertma kali bimbingan dengan beliau yaitu “Untuk menjadi seorang mahasiswa PhD itu, proposal yang kamu tawarkan harus memiliki dampak yang sangat besar bagi kedua belah pihak baik NZ-Indonesia”. Hampir lebih 50an artikel yang harus aku baca sampai akhirnya “You are getting closer to the acceptance”. Siapa yang gak senyum-senyum baca kalimat itu. Hampir 1 tahun aku bimbingan dengan beliau hingga 2017, lalu kemudian aku disuruh apply ke admission office. Saat itu aku yakin bakalan dapat LoA. Tapi ternyata aplikasiku ditolak setelah menunggu hampir 4 bulan dengan beberapa alasan. Ya alloh, kok begini susahnya ya pingin kuliah gratis. Ternyata memiliki calon supervisor belum tentu dapat memuluskan keputusan admission office untuk menerbitkan LoA. Wah…makin nipis semangat biar bisa dapat surat wasiat itu.

2018, ada teman bilang kenapa ga coba ke Oz. berbekal proposal yang menurutku jauh lebih baik jadi semakin PD apply. Alhamdulilah baru pertama email langsung dapat balesan dari Griffith Univ yaitu “I am available to be your supervisor ” tapi ada bagian yang harus diperbaiki tapi itu tidak masalah. Aku langsung diminta ke admission. 6 bulan menunggu, akhirnya LoAku keluar. Seneng banget dong pastinya dapat surat wasiat kece dari kampus luar negeri, sampe setiap sosmedku tak pajang tu LoA. Sukses??? Belum gais! Tahun 2018 tahun dimana hanya akan ada 2 beasiswa yang buka Budiln dan bppln. Harapan besar pingin pake budiln dan saat itu keluarlah aturan baru kalau tidak semua kampus dan jurusan bisa didaftar. Nah lohh, kampusku masuk list beasiswa tapi jurusanku tidak ada, disamping itu nilai Writing harus minimal 7, dpt 6 aja sudah mati2an ngerjakanya ini minta 7, really???, yah gugurlah satu. Masih ada satu lagi ni bppln, harapanku satu2nya karena jika kali ini aku gagal maka pupus sudah impian kuliah di luar negeri. Hal ini karena ielts ku sudah habis masa berlakunya dan aku terlalu capek untuk tes lagi belum lagi costnya bergantung ke $. Jadi ya modal nekad saja. Selesai urus semua persyaratan ke palembang untuk daftar bppln dan let’s see what will happen.

2019, sambil menunggu pengumuman bppln, aku dapat info beasiswa Stipendium Hungaricum dan ISDB. Iseng2 apply ke dua beasiswa ini. Nah setelah menunggu akhir april kmren kalo tidak salah namaku tidak masuk di list bppln artinya aku tidak lolos seleksi. Ya alloh ya sudahlah aku akan mengurungkan niatku untuk kuliah ke luar negeri. Aku sudah capek dan inilah titik lelahku. Tapi, jika Engkau mengijinkanku pergi maka berilah aku petunjuk.

Kamis malam 27 juni 2019, waktu buka email kok ada Stipendium. Sampai lupa kalau pernah apply beasiswa ini. Alhmdulillah ya robby, aku diterima Beasiswa S3 di Hungaria dengan pendanaan dari Tempus Foundation full funded selama 4 tahun kedepan. Cuma bisa bersyukur dan tersenyum. I will definitely take this opportunity. Semoga jalanku dipermudah sampai akhir studi nanti dan bisa lulus tepat waktu. Wow…Hungaria! Budapest ini di Eropa jauh dari ekspektasiku bahkan tidak terlintas dalam fikiranku untuk ke sana karena tahunya cuma Asia dan Australia aja hahah. Denger namanya saja masih rada aneh apalagi mau nyebut nama kampusnya agak susah ei. Tapi aku yakin bahwa “Tidak ada satupun daun kering yang jatuh ke muka bumi ini tanpa kuasaMu Ya Robby”. Terimakasih ya Allah sudah memberiku kegagalan panjang sebagai tanda keberhasilanku ini.

Europe, insha alloh tahun ini aku datang.

Oiya saat ini beasiswa ISDBku juga masuk final decision. Diterima atau ditolak insha alloh sudah tidak menjadi beban lagi.

For those who are struggling to achieve the dreams, keep trying!! If you fail, it means you have tried your best!! Who knows.

Penulis : Dedy Subandowo, M.A. (Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UM Metro)