Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian; dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian dan hanya kepada-Ku-lah kalian harus takut (tunduk).(Al Baqarah ayat 40)
Surat Al Baqarah ayat 40 ini sangat mengaktifkan logika hamba, karena syarat metodologis. Jika direnungkan dan ditadabburi, maka ayat ini mengandung metode berpikir.
Banyak yang menyangsikan Al Qur’an sebagai kitab acuan ilmiah, dan Hanya meyakini sebagai otoritas doktriner, yang jauh dari pengakuan ilmiah. Tetapi dengan melihat ayat ini, kita akan melihat bagaimana Allah SWT menyampaikan kalam Nya dengan sebuah metode berfikir kausalitas (causality thinking).
Konsep berpikir kausalitas bisa juga disebut dengan berfikir secara kronologis. Kausalitas ini menyangkut hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Secara umum pengetahuan tentang hubungan sebab akibat sangat penting dalam mempelajari sejarah terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa itu terjadi.
Teori kausalitas terdiri dari monokausalitas yang berhubungan dengan sebab akibat yang pertama kali muncul dalam ilmu sejarah. Sedangkan multikausalitas didefinisikan sebagai penjelasan suatu peristiwa dengan memperhatikan berbagai penyebab.
Metode ini sering sekali Allah SWT gunakan dalam membangun keyakinan hamba Nya, karena lebih mudah memahami dan menyadarkan logika.
Sebagimana dalam ayat di atas, ada dua sebab dalam satu akibat. Dua sebab itu adalah mengingat Allah SWT dan memenuhi janji. Lalu akibatnya adalah pemenuhan janji Allah SWT.
Agar lebih mudah memahami saya akan bahas secara detail;
Yang pertama, objek Kalam adalah Bani Israil
Dalam ayat tersebut Allah SWT memanggil Bani Israil, yaitu keturunan Israel. Israel adalah Nabi Ya’kub, as sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Abu Dawud:
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut: Segolongan orang-orang Yahudi datang menghadap kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata kepada mereka, “Tahukah kalian bahwa Israil adalah Ya’qub?” Mereka menjawab, “Ya Allah, memang benar.” Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Ya Allah, saksikanlah.”
Sehingga dalam pendekatan hukum, mencela Israel dilarang, karena itu adalah Nama Nabi Ya’kub as. Yang tepat adalah Bani Israil, karena yang sering berbuat tidak baik adalah Bani Israil.
Kata “Israil” merupakan susunan dua kata israa dan iil yang dalam bahasa arab artinya shafwatullah (kekasih Allah). Ada juga yang mengatakan israa dalam bahasa arab artinya _‘abdun (hamba), sedangkan iil artinya Allah, sehingga Israil dalam bahasa arab artinya ‘Abdullah (hamba Allah). (Simak Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf untuk surat Al Baqarah ayat 40)
Sehingga dengan konflik Palestina dan zionis saat ini kadang kita latah dan salah sebut, maka dengan kajian ini kita akan menempatkan posisi dengan benar, bahwa yang terlaknat adalah zionis Yahudi, bukan Israel.
Mengapa ayat ini objeknya adalah Bani Israil? Karena Bani Israil adalah bangsa yang paling sering lupa dan ingkar janji. Bahkan banyak sekali kesalahan mereka, misal membunuh para nabi, menganggap Allah punya anak perempuan dari malaikat, melanggar hari sabat, dan sering melakukan kerusakan.
Akan tetapi dalam pendekatan tafsir, ayat ini bukan hanya untuk Bani Israil, akan tetapi siapapun yang membaca ayat ini sebagai objek Kalam.
Karena sifat atau karakter Bani Israil bisa jadi menjangkiti manusia, bahkan orang beriman.
Sehingga ayat ini menjadi pelajaran berharga dalam diri orang-orang beriman. Agar menjauhi Sifat buruk Bani Israil.
Yang kedua, Mengingat Allah dan Memenuhi Janji sebagai sebab
Ada masalah Bani Israil adalah mengingat Allah SWT, mereka paling sulit untuk mengingat segala nikmat Allah SWT, misal ketika diberikan keleluasaan rezeki ikan, tetapi jangan sesekali mencari ikan dihari sabat, mereka malah melanggar. Ketika meminta rezeki, Allah karuniai Manna, Salwa, tetapi mereka tidak bersyukur dan minta lebih, bahkan mereka ketika diselamatkan dari kejaran Fir’aun, terlena dengan Samiri.
Dan masih banyak lagi, sampai saat ini mereka tetap kuat sifat ini, bagaimana Yahudi ketika di usir oleh Hitler, diberikan tempat oleh warga Palestina, tetapi mereka lupa dengan kebaikan Palestina, dan merebut Palestina dengan tanpa hak.
Seperti itulah karakter Yahudi Bani Israil, yang sangat buruk, kurang mau bersyukur. Hal ini juga dapat menggejala bagi diri manusia, yang Allah SWT telah karuniakan baginya Nikmat tetapi melupakan, seakan dirinya yang memiliki nikmat itu.
Bagaimana Allah SWT karuniai bangsa ini kemerdekaan, tetapi bagaimana sikap bangsa ini saat ini. Ketidak ingatan para elitis yang melakukan Mega korupsi, mengorbankan rakyat dan sebagainya, menunjukkan mereka tidak ingat akan perjuangan bangsa.
Mengingat nikmat adalah bentuk syukur seorang hamba, ini adalah sebab yang Allah SWT berikan, untuk mendapatkan janji Allah SWT.
Jika sebab ini tidak dilakukan maka secara hukum normalitas sangat sulit bagi manusia mendapatkan janji Allah SWT.
Sebagaimana Allah sampaikan, jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan tambah nikmat ku kepada mu.
Mungkin banyak yang mempertanyakan mengapa orang Yahudi yang notabene nya tidak bersyukur, kekayaannya selalu bertambah, bahkan mohon maaf, kondisi saat ini dengan covid 19 ini yang masiv dengan gerakan vaksin, CEO vaksin adalah orang-orang Yahudi.
Janji Allah untuk menambah nikmat bukan bersifat materi saja, bahkan bisa saja tidak sama sekali dengan materi, tetap adalah nikmat iman, nikmat hidayah, dan nikmat ketenangan. Akan tetapi dengan kehendak Nya Allah sangat mungkin memberikan keluasan rezeki materi kepada siapa yang bersyukur.
Seorang mukmin wabilkhusus insan profetis hendaknya mengambil sebab syukur ini, untuk mendapatkan janji Allah SWT.
Perintah Allah untuk memenuhi janji juga diperintahkan kepada manusia, karena terlalu banyak manusia lupa akan janji yang telah dibuat, sebagaimana Bani Israil lupa akan janji yang mereka buat kepada Allah SWT.
Janji itu sebagaimana dalam Al Qur’an:
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku beserta kalian, sesungguhnya jika kalian mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. (Al-Maidah: 12)
Sedangkan ulama mengatakan, janji tersebut adalah yang diambil oleh Allah atas diri mereka di dalam kitab Taurat, bahwa Allah kelak akan mengutus seorang nabi yang besar dan ditaati oleh semua bangsa dari kalangan Bani Ismail; nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam Barang siapa yang mengikutinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam surga serta memberikan kepadanya dua pahala.
Ar-Razi mengetengahkan banyak berita gembira yang disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu mengenai kedatangan Nabi Muhammad
Abul Aliyah mengatakan bahwa makna firman-Nya, “Penuhilah janji kalian kepada-Ku” (Al-Baqarah: 40) yaitu janji Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah agama Islam dan mereka diharuskan mengikutinya.
Sehingga janji paling tinggi adalah perjanjian ketaatan, syahadat kepada Allah dan mengikuti Rasulullah Saw.
Akan tetapi para Yahudi ingkar tidak mengikuti nabi Muhammad Saw, maka mereka termasuk ingkar janji. Apalagi kita pengikut nabi Muhammad Saw, yang sudah bersyahadat tetapi tidak mengikutinya, ini adalah pengingkaran terbesar, bagaimana Allah akan berikan janji Nya kepada kita.
Insan profetis harus bekerja keras bagaiamana membangun masyarakat dan umat untuk memenuhi janjinya kepada Allah dan Rasul Nya, agar janji Allah berupa pertolongan akan segera hadir dalam kehidupan.
Yang ketiga, pemenuhan janji Allah adalah akibat
Ketika sebab sudah terpenuhi dalam diri hamba maka Allah SWT pasti akan memenuhi janji Nya, Karena Allah SWT tidak akan mengingkari janji.
Tugas hamba hakikatnya menghadirkan sebab, fokus akan sebab yang Allah SWT telah perintahkan, tidak perlu memikirkan akibat yang akan Allah SWT berikan, karena akibat adalah mutlak dari Allah SWT, dan kadang manusia tidak akan mampu memahami akibat ini.
Dalam teori kausalitas, jika terpenuhi sebab maka akibat pasti akan hadir.
Pemenuhan janji Allah SWT dapat berupa urusan dunia, keluasan rezeki, ilmu, kejayaan dan kemajuan.
Janji akhirat akan berupa surga, ridho, ampunan, pertemuan dengan Allah SWT serta masih banyak janji Allah SWT.
Yang keempat,. Allah yang berhak ditakuti
Allah sebagai Zat yang paling ditakuti hamba hendaknya Allah’ SWT, Zat yang hendaknya diharapkan adalah Allah SWT.
Demikianlah seorang mukmin hendaknya menjadikan Allah sebagai harapan tertinggi, yang paling ditakuti, karena dengan sikap ini akan menghadirkan sikap ketaatan.
Akan tetapi ketika rasa takut sudah tidak ada, maka ketaatan kepada Allah SWT akan hilang.
Bangsa yang besar yang memiliki rasa takut, memiliki kompetitor positif, sehingga mereka akan selalu mengoptimalkan diri dalam bertahan dan mengembangkan diri. Ketakutan seseorang akan kemiskinan akan membangun semangat bekerja, ketakutan akan kebodohan akan membangun semangat belajar dan selanjutnya.
Ketakutan kepada Allah akan membangun sikap taat, dan patuh mendengar titahNya, dan menjalankan perintahNya.
Tetapi ketika bangsa sudah tak memiliki rasa takut apalagi kepada Tuhannya maka hancurlah bangsa itu. Bangsa yang sudah merasa nyaman dan mapan dengan keadaan saat ini
Insan profetis adalah manusia yang memiliki tingkat kejelian dalam membaca sebab dan akibat, sehingga akan membangun pola hidup sesuai dengan aturan Allah SWT.
Insan profetis tidak memiliki rasa takut kecuali hanya kepada Allah, sehingga dia selalu taat kepada Allah dan memenuhi janji Allah SWT untuk optimalisasi sebagai hamba dan Khalifah.
Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)