Indikasi Taqwa, Pegang Janji dengan Kuat

Profetik UM Metro – Allah swt berfirman: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkatkan gunung (Tursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertakwa (Al Baqarah ayat 63)

Berbicara akan janji memang sangat berat, karena yang berat dalam hidup adalah menepati janji. Janji kepada Allah, janji kepada Rasulullah, janji kepada manusia, dan janji pada diri sendiri. Semua janji tersebut adalah hutang, yang semua akan menjadi tanggung jawab manusia, dan akan ada hisab diakhirat.

Banyak orang menganggap janji adalah hutang. Tetapi orang kadang terpaku pada hutang materi, sedangkan hutang janji adalah lebih berat , terutama janji kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam hadits : Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal dunia sementara ia mempunyai tanggungan puasa sebulan, apakah aku melakukan qadha untuknya?” Maka, beliau menjawab, “Kalau ibumu mempunyai tanggungan hutang apakah engkau akan melunasinya?” Lelaki tersebut menjawab, “Ya”. Beliau lalu bersabda, “Jika demikian sesungguhnya hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan”.

Dalil ini memang terkhusus pada kasus puasa sebagai konsekwensi syahadat, janji untuk mentaati syariat, maka puasa menjadi janji yang harus dijalankan, ketika ditinggalkan maka menjadi hutang.

Maka makna umumnya semua perinta Allah adalah janji yang harus dijalankan, jika ditinggalkan secara senagaja maka menjadi hutang yang harus dibayar, atau jika tidak diselesaikan di dunia maka diakhirat akan dihisab.

Janji kepada Allah SWT ini konteks ayat 62 surat Al Baqarah,  ketika Bani Israil mencoba ingkar janji, maka Allah SWT angkat gunung Tursina dengan kekuasaan Nya, sehingga mereka mau mengakui janjinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengingatkan Bani Israil akan apa yang telah Dia ambil dari mereka berupa janji-janji dan ikrar untuk beriman hanya kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya, dan mau mengikuti rasul-rasul-Nya. Allah menceritakan bahwa ketika Dia mengambil janji dari mereka, maka Dia angkat gunung itu di atas mereka agar mereka mau mengakui apa yang disumpahkan kepada mereka, mengambilnya dengan sekuat tenaga, dan bertekad untuk melaksanakannya. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:

{وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}

Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka), “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepada kalian, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A’raf: 171)

Kondisi ini karena memang Bani Israil sangat luar biasa kebiasaan ingkarnya akan janji janji Allah SWT.

Manusia hidup hakikatnya diikat oleh janji, sebagai seorang hamba dia diikat dengan janji Allah SWT, sebagai umat dia diikat dengan janji kenabian, sebagai makhluk sosial dia diikat dengan janji kemasyarakatan. Maka konsisten akan janji yang sesuai dengan aturan Allah SWT adalah indikasi ketakwaan.

Kemakmuran dan kedamaian dunia akan terwujud jika janji janji itu dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi kerusakan akan nampak jika janji sudah dikhianati.

Sebuah bangsa akan menjadi maju, jika para pemimpin menepati janji sebagai pemimpin, menepati kesepakatan undang undang yang telah dibuat, tetapi ketika khianat masuk dalam diri pemimpin, kepentingan masuk dalam dirinya maka pasti rusak negara tersebut.

Korupsi adalah bentuk khianat janji suci para pemimpin negeri, untuk mengutamakan kepentingan rakyat dari kepentingan pribadinya. Maka negara yang korup akan hancur ketika tidak segera diperbaiki pola janji mereka.

Keluarga yang baik adalah ketika suami istri menepati janji, mereka menepati hak dan kewajiban mereka, maka sungguh akan terwujud Sakinah mawadah wa Rahmah.

Institusi yang baik ketika janji mereka dipegang dengan baik, tugas mereka dijalankan dengan baik, maka roda organisasi berjalan sesuai tujuan.

Janji hendaknya dipegang sekuat mungkin, karena ingkar janji adalah kemunafikan. Kemunafikan adalah kesalahan dan kerusakan logika berfikir, ketika mereka tidak ada konsistensi dalam berfikir dan berucap. Sedangkan kebenaran adalah adanya konsistensi antara ucapan, perbuatan, keyakinan dengan konsep yang benar.

Insan profetis adalah insan yang amanah degan janji, baik janji kepada Allah, rasul maupun manusia. Mereka akan menjalankan janji dengan sekuat mungkin, karena mereka adalah orang-orang yang konsisten dengn ketaatan.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)