Tim PKM UM Metro Beri Pelatihan Deteksi dan Intervensi Anak Disleksia

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah (UM) Metro mengadakan pelatihan deteksi dan intervensi anak disleksia, Sabtu (26/8). Tujuannya meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dalam mendeteksi serta melakukan intervensi terhadap anak-anak yang mengalami disleksia.

Pelatihan yang digelar di SDN 2 Sidoasri, Kecamatan Natar, Lam pung Selatan, ini dihadiri para guru beserta Kepala SDN 2 Sidoasri dan SDN Pujirahayu, Kecamatan Merbaumataram, Lamsel.

Pelatihan ini terselenggara berkat bantuan Direktorat Riset, Teknologi, Pendidikan, dan Masya rakat (DRTPM) Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Dalam pelatihan ini, Tim PKM UM Metro memberikan alat tes deteksi dan intervensi disleksia kepada SDN 2 Sidoasri serta SDN Pujirahayu.

Ketua Tim PKM UM Metro Satrio Budi Wibowo dalam sesi pela tihan menjelaskan pentingnya peran guru SD sebagai garda terdepan dalam mendeteksi gangguan perkembangan pada anak.

’’Hal ini disebabkan gejala kesulitan belajar spesifik biasanya sering kali muncul pada usia awal sekolah. Terutama ketika mereka berada di tingkat SD. (sacredmusicstudio.com) Anak-anak pada tahap ini mulai diberikan tugas-tugas akademik yang lebih kompleks, sehingga gejala gangguan perkembangan seperti disleksia menjadi lebih terlihat,” katanya.

Pelatihan ini, kata Satrio, diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi guru-guru serta anak-anak di SDN 2 Sidoasri dan SDN Pujirahayu. ’’Juga menjadi langkah positif dalam mendukung pendidikan inklusif yang lebih baik di wilayah Lamsel,” ujarnya.

Tim PKM UM Metro, kata Satrio, akan terus membimbing dan mendampingi proses implementasi penggunaan tes deteksi dini disleksia serta intervensi yang akan dilakukan oleh para guru di sekolah selama dua bulan ke depan. ’’Kita akan terus mendampingi dan membimbing para dewan guru selama dua bulan ke depan,” ungkapnya.

Kegiatan ini mendapatkan sambutan hangat dari para guru yang hadir. Kepala SDN 2 Sidoasri dan SDN Pujirahayu juga berbagi pengalaman mengenai siswasiswa yang menghadapi kesulitan belajar spesifik di sekolah. Setelah pelatihan, para guru diberikan tugas rencana tindak lanjut (RTL) yang melibatkan penerapan alat tes deteksi dan intervensi disleksia berdasarkan gejala yang ditemui.

Para guru SDN 2 Sidoasri dan SDN Pujirahayu juga membentuk komunitas belajar bersama. Komunitas belajar ini berfungsi sebagai tempat saling berbagi terkait deteksi dan intervensi siswa disleksia.