
Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir (Al Baqarah ayat 34).
Alhamdulilah hari ini kita masuk pada perenungan surat Al Baqarah ayat 34. Semakin menikmati Al Qur’an akan menghadirkan hikmah yang luar biasa, karena tataran hikmah tertinggi adalah ketika manusia sudah mampu benar-benar mengenal (makrifah) kepada Allah SWT. Tidak ada jalan mengenal Allah SWT, mengenal aturan Nya kecuali berbahagia menikmati sajian Al Qur’an.
Kemarin sudah kita bahas bagaimana manusia sebagai makhluk konseptual, yang memiliki kemuliaan yang sangat tinggi (ahsani taqwim) bahkan lebih mulia dari malaikat yang bergelar hamba yang dimuliakan (‘ibadun mukromun). Hal ini nampak dengan perintah Allah SWT kepada malaikat Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Ayat tersebut menunjukkan perintah sujud kepada Adam. Para malaikat ketika mendapatkan perintah sujud maka mereka langsung sujud, karena ini adalah sifat mereka yang selalu taat. Akan tetapi berbeda dengan iblis yang menolak sujud.
Dalam referensi tafsir banyak dibahas siapa iblis sebenarnya? Iblis ada yang memahami bahwa dia adalah malaikat yang dari kelompok jin. Mengapa disebut jin? karena Iblis yang diberi nama azazil (gelar tertinggi) adalah penjaga surga (Jannah) sehingga dia sangat dekat dengan Allah, beribadah luar biasa, dan memiliki ilmu Yang sangat tinggi dibanding Malaikat yang lain. Dengan kemampuannya itulah maka Iblis merasa sombong (takabur) sehingga dia enggan (Al iba’) untuk melakukan sujud kepada Adam.
Dalam referensi lain iblis adalah malaikat yang memimpin peperangan terhadap makhluk yang menjadi penghuni bumi sebelum diciptakan manusia, ada yang mengatakan mereka adalah jin. Sehingga iblis yang mampu mengalahkan jin, sampai para jin lari ke gunung, lembah dan laut, merasa berjasa dan sombong.
Maka ketika Allah SWT memerintahkan sujud kepada Adam sifat gengsi (enggan) dan sombong (istikbar)nya muncul, dan akhirnya dia dimurkai Allah SWT dan diberi predikat sebagai orang kafir.
Mengapa iblis begitu kekeh dengan kesombongannya?
Ini adalah dalil bahwa sujud dalam ayat ini bukan sujud ibadah, sebagaimana sujud kepada Allah SWT
Tapi sujud dalam rangka pengakuan dan penghormatan akan kemuliaan Adam as. Inilah yang menyebabkan Iblis merasa enggan, karena dia merasa lebih mulia, dia diciptakan dari api yang menyala, sedangkan Adam dari tanah, dia sudah beribadah lebih lama bahkan sudah banyak jasa.
Dalam ayat ini kita dapat memahami beberapa hal:
Yang pertama, makna sujud vertikal dan horizontal
Sujud asal kata dari sajada yang bermakna meletakan wajah ke tanah, dengan rasa tunduk dan khusyu’ dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Artinya sujud adalah penundukan diri kepada objek sujud.
Ketika objek sujud adalah Allah SWT, maka ini adalah makna sujud hakiki, bahwa beribadah, meletakkan kepala di tanah, hanya kepada Allah SWT. Sujud seperti ini khusus untuk Allah, barang siapa sujud kepada selain Allah maka itu adalah kemusyrikan.
Penulis menyebut ini sebagai sujud vertikal (sujud ilahi). Sujud inilah yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw, bahkan tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan di dunia kecuali sujud, tidak ada waktu terdekat dengan Allah SWT kecuali manusia dalam keadaan sujud. Bahkan dalam riwayat Nabi Muhammad Saw akan bersujud untuk syafaat manusia di akhirat, manusia sejak zaman nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Ketika semua umat manusia menemui beliau di Padang Mahsyar maka beliau menuju bawah ‘Arasy. Di sana beliau bersujud pada Tuhan. Lalu Allah membukakan kebaikan-kebaikan-Nya kepadanya, yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumnya. Setelah itu, terdengarlah seruan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah engkau, niscaya diberi. Mintalah pertolongan, niscaya dipenuhi.’ Aku mengangkat kepala dan berkata, ‘Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan.’ Terdengar lagi ada yang bicara, ‘Wahai Muhamad, masukkanlah umatmu dari golongan hamba yang tidak dihisab ke dalam surga melalui pintu sebelah kanan. Namun sekelompok mereka masuk dari selain puntu itu” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Inilah sujud vertikal sebagaimana sholat manusia kepada Allah SWT, sehingga pada hari kiamat mereka akan dapat dikenali karena bekas sujud mereka, sebagainya dalam Hadits:
ما من أمتي من أحد إلا وأنا أعرفه يوم القيامة قالوا: وكيف تعرفهم يا رسول الله في كثرة الخلائق، قال: أرأيت لو دخلت صبرة فيها خيل دهم بهم وفيها فرس أغر محجل أما كنت تعرفه فيها؟ قال: بلى، قال: «فإن أمتي يومئذ غر من السجود محجلون من الوضو
“Tidak ada seorang pun dari umatku, kecuali aku mengenalnya nanti pada hari Kiamat”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenal mereka wahai Rasulullah, mereka berada di antara banyak makhluk?” Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika engkau masuk dalam shirath” di dalamnya terdapat kumpulan kuda berwarna hitam, dan dalam kumpulan itu terdapat seekor kuda yang memiliki ghurrah (wama putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kamu dapat mengenalinya?” Sahabat itu menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu'” (HR Ahmad).
Sujud dan wudhu adalah amalan di dunia yang akan dijadikan media Nabi Muhammad SAW, mengenali umatnya. Sebab ini pula yang menempatkan sujud dan wudhu mempunyai keistimewaan.
Bahkan Rasulullah ﷺ dapat mengenali mereka lewat bekas tanda dalam sujudnya. Dikutip dari buku Sifat Shalat Nabi, Rasulullah ﷺ bersabda:
ما من أمتي من أحد إلا وأنا أعرفه يوم القيامة قالوا: وكيف تعرفهم يا رسول الله في كثرة الخلائق، قال: أرأيت لو دخلت صبرة فيها خيل دهم بهم وفيها فرس أغر محجل أما كنت تعرفه فيها؟ قال: بلى، قال: «فإن أمتي يومئذ غر من السجود محجلون من الوضو
“Tidak ada seorang pun dari umatku, kecuali aku mengenalnya nanti pada hari Kiamat”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenal mereka wahai Rasulullah, mereka berada di antara banyak makhluk?” Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika engkau masuk dalam shirath” di dalamnya terdapat kumpulan kuda berwarna hitam, dan dalam kumpulan itu terdapat seekor kuda yang memiliki ghurrah (wama putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kamu dapat mengenalinya?” Sahabat itu menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu'” (HR Ahmad).
Dalam hadits lainnya Rasulullah ﷺ bersabda
“Jika Allah hendak memberi rahmat orang-orang yang dikehendaki-Nya dari penghuni Neraka, Allah akan memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang beribadah kepada Allah. Para Malaikat pun mengeluarkan mereka. Para Malaikat itu mengenali mereka dari bekas sujud. Allah mengharamkan neraka untuk membakar bekas sujud, maka mereka pun keluar dari neraka. Seluruh badan anak Adam akan dibakar oleh Neraka, kecuali bekas sujud.” (HR Bukhari dan Mmuslim)
Inilah bentuk sujud vertikal mutlak kepada Allah SWT, sujud ini hendaknya menjadi habbit bagi para insan profetis, yang ingin mendapatkan ketenangan jiwa, kebersihan berfikir, hikmah dalam hidupnya dan pundi ridho dan pahala Allah SWT.
Sujud kedua adalah sujud horizontal, yaitu sujud dalam rangka menghormati dan mengakui hak-hak insani (kemanusiaan).
Dalam tradisi kerajaan Saudi ini disebut Khidmah (pelayanan). Artinya sebagai manusia kita hendaknya mengakui hak saudara kita, jangan sampai melanggar dan merusak hak mereka. Layani dengan baik manusia, sehingga manusia akan berbuat baik dengan kita.
Inilah yang diajarkan dalam Islam, bagaimana Islam sangat menghargai hak hidup manusia, tidak membeda-bedakan manusia baik warna kulita, status sosial ekonomi, bahkan gender. Semua mendapatkan layanan yang adil dalam Islam. Islam hadir untuk memenuhi fitrah kemanusiaan ini, sehingga dunia akan seimbang perjalanannya.
Masjid sebagai tempat sujud tidak hanya berfungsi sebagai tempat sujud vertikal, tetapi memenuhi hak kemanusiaan, bagaiamana masjid ramah anak, bersih, menyediakan kebutuhan manusia dan seterusnya, sehingga manusia yang terlayani akan betah dan nyaman di masjid.
Sama dalam sebuah institusi, sujud horizontal ini sangat penting, dengan melayani manusia sebaik mungkin, Sehingga mereka akan merasa dihormati dan dimuliakan, maka mereka akan semakin cinta dengan Islam.
Tunjukan islam rahmatan Lil Al-Amin, jangan malah masuk dengan budaya lain agar budaya lain ikut dengan kita. budaya pluralisme untuk menyatakan kesamaan hak manusia menurut saya kurang tepat, karena akan hilang identitas kebenaran. Tunjukan saja nilai kebaikan kita, bahwa kita menghargai dan menghormati siapapun.
Yang kedua, sombong dan gengsi, ciri fixed mindset
Merasa hebat, mampu, pintar dan kaya, adalah penyakit. Renald Kasali menyebut sebagai fixed mindset. Orang yang sudah merasa cukup dengan dirinya, dan cenderung merendahkan orang lain dan menolak informasi baru dan ilmu baru.
Penyakit ini sering masuk kedalam dunia akademik, dengan gelar yang sudah dicapai merasa sudah mampu, dan hebat, sehingga dia menjadi dinosaurus yang punah, karena tak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Tapi di sana ada orang dengan pendidikan formal rendah tetapi mindset nya berkembang (growth mindset) sehingga dia lebih sukses dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
Al Qur’an mengidentifikasi orang seperti ini dengan iblis yang merasa tidak nyaman dengan Adam, tidak nyaman dengan kesuksesan orang, tidak nyaman dengan kompetitor baru. Andai saja iblis mampu menerima dan berkolaborasi maka dirinya akan menjadi lebih hebat dan baik.
Insan profetis adalah manusia yang selalu menjadikan dirinya ibarat gelas kosong, yang selalu siap menerima segala kebaikan, kebenaran, walau harus merubah apa yang ada dalam dirinya. Dia tidak malu menjadi pelajar, dan selalu menjadi pembelajar (teachable) bahkan belajar sampai liang lahat.
Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)