Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan” (Al Baqarah ayat 49).
Dua Ayat 48 dan 49 adalah pengingat sejarah Nabi Musa as dan kaumnya, siapa yang diselamatkan dan siapa yang dihancurkan.
Demikianlah hukum kehidupan, ada kebaikan dan keburukan. Ada yang ditolong Allah SWT dan ada yang dihancurkan, ada yang diangkat derajatnya dan adapula yang ditenggelamkan serendah-rendahnya.
Saya akan tunjukan bukti bagaimana Allah SWT mengangkat kaum yang selalu terhina dan dicela oleh mereka yang sombong. Mereka adalah kaum Nabi Nuh as yang Allah SWT selamatkan dengan Bahtera, Allah SWT selamatkan kaum Nabi Ibrahim as, kaum Nabi Musa as, Kaum Nabi Isa as dan Nabi Muhammad Saw.
Dalam Al Qur’an mereka adalah kaum yang selalu mendapat tekanan oleh golongan orang-orang yang tidak yakin kepada Allah, bahkan mereka selalu menghina, mencela, menyiksa dan mengusir mereka. Tetapi Allah SWT angkat derajat mereka dalam derajat yang sangat mulia dunia akhirat.
Sebaliknya bagaiamana Allah SWT rendahkan manusia manusia yang sombong, dengan cara menenggelamkan mereka dalam berbagai bentuk.
Yang pertama kaum Nabi Nuh yang ditenggelamkan dalam banjir. Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14)
Kedua kaum Hud yang disebut Aad, ditenggelamkan di pasir. Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS Attaubah: 70)
Ketiga kaum Luth. Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu’araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).
Yang keempat, Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).
Dan bagaimana Allah tenggelam kan qorun dengan hartanya, serta banyak kaum kaum yang sombong.
Surat Al Baqarah ayat 49 adalah salah satu bukti sejarah bahwa Allah SWT pernah menenggelamkan sebuah kekuasaan dan kekuatan besar hanya dalam kejapan mata dalam sebuah lautan.
Dalam prespektif rasionalitas ilmiah minimal ada tiga hal menarik dalam ayat tersebut,;
Yang pertama, keterbelahan laut (faraqna)
Dalam bahasa Arab ketika Allah SWT menyampaikan dan (ingatlah) ketika Kami belah lautan (faraqna) sangat menarik dikaji secara logik dengan berdasar pada pondasi iman. Kata faraqna dalam bahasa Arab di maknai syaqaqna aw fassalna artinya kami membelah, atau kami memisahkan. Yaitu membelah dan menjadikan dua bagian terpisah.
Sehingga kondisi saat itu adalah lautan terbelah dan terpisah menjadi dua bagian. Ada sebuah penelitian Draws yang menyebutkan bahwa itu adalah fakta atmosfer, dan fakta alam ketika angin kencang dengan kekuatan kurang lebih 96 km/jam mendorong air pantai dan menciptakan gelombang badai di satu lokasi. Sedangkan perairan timur dari arah datangnya air bergerak menjauh. Akibatnya, air terbelah menjadi dua dan menciptakan daratan kering untuk beberapa waktu.
Saya sebagai seorang akademisi sangat mempercayai fakta alamiah tersebut, akan tetapi sebuah pertanyaan, bagaimana Musa as mampu menggerakkan fakta alamiah pada waktu yang tepat? Maka jawabannya adalah ada dua proses, proses spiritualisasi, dan naturalisasi.
Proses spiritualisasi adalah ketika Nabi Musa as memohon kepada Allah, bahwa Allahlah penolong terbaik, maka dengan wasilah tongkat maka terbelah lautan. Spiritual adalah kekuatan tertinggi dalam rangka menghadirkan kuasa Allah SWT bahkan diluar logika empiris manusia.
Proses kedua adalah naturalisasi, adalah gerakan alam yang digerakkan oleh kekuatan spiritual, sehingga Allah SWT menggerakkan semua pasukan langit dan bumi, dalam fakta Musa as adalah pasukan angin yang menyebabkan lautan terbelah.
Suatu hal yang sangat menarik, semua mukjizat ilmiah Allah SWT hakikatnya fakta ilmiah alamiah yang manusia mampu membaca dan mempelajarinya. Akan tetapi kelemahan manusia sering membaca sesuatu dan mampu mengeluarkan rasionalitas sebuah fakta, akan tetapi lupa penguasa fakta tersebut. Dalam logika mantik, terlena dengan aradh (accident) lupa dengan Jauhar (subtansi).
Kedua, penenggelaman rezim (aghraqnaa)
Kata aghraqna dimaknai sebagai sesuatu yang mencapai batas, Sehingga dimaknai tenggelam. Bukti tenggelamnya Firaun Secara ilmiah diungkapkan oleh Buceil yang meneliti jasad Fir’aun. Adapun bukti-bukti tanda meninggalnya di laut adalah, terdapat bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya. Walaupun sebab kematiannya, menurut dia, diakibatkan oleh shock.
Demikianlah cara Allah merendahkan semua yang merasa tinggi, menghinakan semua yang merasa mulia, dan mengecilkan semua yang merasa besar.
Kesombongan apapun bentuknya akan dihancurkan oleh Allah SWT, rezim yang selalu melawan utusan Allah, para penyampai risalah tauhid, penyampai kebenaran, dan penegak keadilan pasti Allah akan benamkan dengan cara Nya.
Yang paling besar adalah ketika Allah benamkan mereka didalam neraka yang sangat dalam dan paling hina.
Ketiga, kesaksian nyata (antum tandzuruun)
Semua kejadian tersebut adalah fakta yang nyata, dan harus diyakini oleh orang beriman, berakal dan mau mengambil pelajaran.
Oleh sebab itu Allah SWT menyebutkan dan kamu melihatnya (antum tandzuruun). Kata tandzuruun adalah kamu melihat dengan menggunakan pendekatan teori yang benar. Sehingga kata teori dalam bahasa Arab disebut nadziir. Sehingga kejadian Musa ini hendaknya difahami sebagai suatu kejadian yang luar biasa, kejadian yang menjadi teori kehancuran sebuah peradaban karena sebuah kesombongan.
Bagi mereka yang mengambil pelajaran tentu ketika memiliki sebuah kekuasaan, dia tidak akan sombong, melawan kebenaran apalagi ingin menghilangkan kebenaran risalah dari bumi.
Bagi mereka yang memiliki pengetahuan tidak pantas sombong, karena semua pengetahuan bisa saja Allah cabut, tekhnologi tak beroperasi sedikitpun, sebagaimana dalam sebuah riwayat nanti akhir zaman IPTEK tidak akan berfungsi lagi.
Yang memiliki harta tak perlu sombong, karena sangat mudah Allah hilangkan harta benda tersebut.
Maka satu hal bagi insan profetis adalah mengambil sejarah ini untuk menjadikan diri kita orang yang tegas, apakah kelompok Musa atau Firaun. Kelompok orang yang berpegang teguh dengan ajaran Allah atau melawan ajaran Allah, kelompok yang tunduk dengan kuasa Allah atau kelompok yang sombong dan merasa memiliki kemampuan segalanya.
Pilihan itu ada pada diri kita masing-masing, sehingga pilihan itulah yang akan menjadi inti kesadaran diri kita, untuk menjadi manusia yang selalu taat pada Allah SWT dan tunduk serta tawadhu kepada semua aturan Allah SWT.
Seri Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)