Selamanya Al-Qur’an Tak Tertandingi

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: “Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir,” (Al Baqarah ayat 24).

Ayat di atas menunjukkan sebuah penafian dan ketidak mungkinan Al-Qur’an untuk ditandingi oleh siapapun, walau mereka bersekutu, semua ilmuwan sastra bersatu membuat semisal Al-Qur’an.

Huruf lan bermakna menafikan untuk selamanya di masa mendatang, yakni kalian tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya. Hal ini merupakan suatu mukjizat tersendiri bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengemukakan suatu berita yang pasti mendahului segalanya tanpa rasa khawatir dan takut bahwa Al-Qur’an ini tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya untuk selama – lamanya. Memang kenyataannya demikian, sejak diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai sekarang tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya. Tidak mungkin dan mustahil ada manusia yang dapat melakukannya. Al-Qur’an merupakan Kalamullah Tuhan Yang Menciptakan segala sesuatu, mana mungkin kalam Yang Maha Pencipta dapat diserupakan dengan kalam makhluk-Nya.

Bagi orang yang memikirkan Al-Qur’an, niscaya dia akan menjumpai di dalamnya berbagai mukjizat keindahan-keindahan yang Lahir dan yang tersembunyi yang berkaitan dengan segi lafaz dan segi maknanya.

Ketidak mungkinan ini adalah tantangan ilmiah bagi para ilmuwan yang memang mereka dianggap memiliki kemampuan luar biasa.

Ini adalah kondisi ketidak mungkinan (impossibility) karena Al-Qur’an adalah Kalamullah yang tak akan mungkin manusia mampu melakukan tugas yang sebanding dengan itu. Di sinilah titik batas pengetahuan manusia, walau mereka memiliki kemampuan ilmiah, sistematika penulisan yang paten, ahli bahasa, ahli logika dan ahli semua bidang, tak akan mampu karya mereka semisal dengan ayat Al-Qur’an.

Ketidak mungkinan inilah yang hendaknya menjadikan titik balik (turning point) bagi manusia untuk memiliki pengakuan akan Pengetahuan Allah SWT, sehingga mereka menjadi manusia yang senantiasa tunduk dan malu di hadapan Allah SWT.

Tidak ada celah siapapun untuk melawan Pengetahuan Allah SWT, sehingga yang hendaknya dilakukan hanya meyakini Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai objek kajian ilmiah tertinggi dalam membangun arah pengetahuan manusia.

Mengkaji Al-Qur’an menjadi satu kenikmatan luar biasa, karena kita sedang menikmati surat cinta Allah kepada hamba Nya, menikmati pesan moral Allah kepada hamba Nya, menikmati arahan dan bimbingan hidup dari Allah kepada hamba Nya.

Jika indera, akal, dan hati manusia dioptimalkan untuk menikmati Kalam Allah SWT, maka akal menjadi cemerlang, hati menjadi jernih dan indera menjadi kuat memandang kehidupan ini, serta jauh dari segala kepentingan syahwatiah manusia.

Akan tetapi sebaliknya, jika yang dimunculkan adalah keraguan demi keraguan, bahkan mencoba menandingi segala konsep, preposisi dan reasoning Al-Qur’an maka sungguh neraka disediakan bagi mereka.

Mengapa?

Karena mereka adalah manusia yang memaksakan diri, mereka manusia yang dzalim, mencoba melawan Zat Yang Menciptakan dirinya sendiri. Mereka manusia paling sombong, ibarat robot melawan perakitnya. Cukup dimatikan tombolnya selesai semuanya.

Bukankah Al-Qur’an adalah karunia paling agung di akhir zaman ini, karena dialah panduan hidup manusia, jalan terang yang akan mengantarkan manusia kepada tujuan akhirnya, cahaya yang akan menyinari gelapnya hidup.

Semua ilmu pengetahuan akan mendapatkan ruhnya, akan mendapatkan berkahnya dengan Al-Qur’an. Ilmu pengetahuan akan menjadi racun tanpa bimbingan Kalam Allah SWT, dan tercerabut keberkahannya, sehingga bukan membawa maslahat tetapi kerusakan demi kerusakan yang ada.

Sehingga hendaknya ilmu pengetahuan dihidupkan ruhnya dan kunci berkahnya, dengan mengambil Al-Qur’an sebagai standar kebenaranya dan tujuan akhirnya. Itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat. Jika kita memandang ilmu yang dipelajari sudah manfaat, tetapi coba lihat bagaimana efek ilmu itu dengan kedekatan hamba kepada Allah SWT?

Jika semakin berkembang ilmu pengetahuan, apapun bidangnya, dan tidak menambah dekatnya pemilik ilmu tersebut kepada Allah, sungguh itu telah tercerabut berkah dan ruh ilmunya.

Insan profetis mereka akan senantiasa menggunakan indera, akal dan hatinya untuk membaca, merenungi, dan mengkaji serta implementasi Al-Qur’an dalam bidang hidupnya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai ruh dan kunci berkah bagi ilmunya, sehingga semakin tinggi ilmunya, semakin meluas ilmunya, mereka semakin dekat kepada Allah, dan manfaat ilmunya dapat dirasakan dunia dan akhirat.

Insan profetis adalah manusia yang sangat yakin dengan kepastian Al-Qur’an, baik konsepnya, konstruknya maupun segala bentuk janji-janji yang ada di dalamnya. Karena Al-Qur’an adalah pedoman yang akan mengarahkan manusia kepada tujuan peradaban.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I.