Menguak Tabir Klaim Sepihak

Perbincangan mengenai unggahan di fanspage resminya Universitas Muhammadiyah Metro terus mengalir. Kurang lebih satu minggu yang lalu, di laman fbnya beredar berita prestasi mahasiswa yang berhasil menjadi juara 3 cabang Pencak Silat.

Publik pun cukup terespon, saya coba menelusuri kembali, ternyata unggahannya telah dibagikan sebanyak 135 kali dan disukai oleh 1.500an lebih netizen.

Bagaimana publik tidak ingin turut merayakan prestasi yang dicapai, mahasiswa UM Metro tersebut berhasil menorehkan prestasi di level internasional setelah menjuarai cabang Pencak Silat di Aljazair, pada 20-21 September 2019, lalu.

Sebagai salah satu lulusannya, saya paham betul mengenai tradisi di UM Metro. Bagi saya itu lumrah, jika ada mahasiswa berprestasi, official media UM Metro (Website, Instagram, Facebook, Tweeter) akan mengunggahnya sebagai wujud apresiasi kepada mahasiswa yang bersangkutan dan sebagai informasi kepada publik. Hal ini tentunya tidak meninggalkan etika, -sepengetahuan saya- publikasinya atas dasar izin yang bersangkutan.

Seperti pada tahun 2019 ini saja, di laman website ummetro.ac.id ada puluhan mahasiswa berprestasi yang menjadi pemberitaan. Yang terbaru adalah prestasi mahasiswa Fakultas Hukum di kejuaraan POMNAS 2019 Cabang Judo. Kemudian mahasiswa Prodi Akuntansi yang menyabet Medali Emas pada kejuaraan Kapolri Cup 2019 Cabang Taekwondo.

Satu lagi yang menjadi sorotan media dan menuai perbincangan netizen adalah Mahasiswa Prodi Manajemen, Niko Adrian Hari Zona yang berlaga pada kejuaraan Safira Cup, di Aljazair, September kemarin.

Niko saat ini memang tercatat sebagai mahasiswa semester 5 di program studi S-1 Manajemen UM Metro. Seperti yang saya katakan di awal, prestasi yang Niko raih tentu tidak akan luput dari apresiasi dan publikasi.

Namun setelah disiarkan ke publik, responnya tidak semua positif. Beberapa komentar cenderung mempertanyakan identitas Niko dan seolah UM Metro telah mengklaim secara sepihak terhadap prestasinya. Seperti diungkapkan beberapa netizen di kolom komentar.

Seperti; ”Yang mengirimkan itu UM metro apa dari Pagar Nusa to?”, atau percakapan seperti ini, “Hoax ora iki,” “asli ngawur” “beh Jan pie to” “gagal paham iki” dan lain-lain.

Beruntung komentarnya masih sebatas itu, tidak sampai kepada kata-kata yang menghujat secara berlebihan.

Menjadi perlu ada sebuah informasi yang utuh memang mengingat beberapa media yang menyoroti Niko dari sudut pandang yang berbeda. Tujuannya supaya jelas dan publik tidak menilainya sebagai klaim sepihak oleh salah satu organisasi dan atau institusi.

Lebih jauh, kita juga perlu memahi keadaan sebenarnya supaya tidak ada pihak yang merasa diuntungkan atau dirugikan. Mudah-mudahan sejauh penulis bercerita, para pembaca yang budiman belum jenuh menyimaknya.

Penulis sebenarnya juga merasa heran, mengapa berita ini menjadi sorotan dan respon yang sedikit negatif dari beberapa pihak. Padahal bila kita ingat lagi, ada beberapa mahasiswa UM Metro seperti yang disebutkan di atas responnya baik-baik saja.

Seperti Zamira Salsabila atlet Taekwondo dan James Fernando, dkk di Fakultas Hukum pada POMNAS 2019 Cabang Judo.

Penulis sadar, masalah semacam ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena bukan tidak mungkin akan menimbulkan sentimen yang berkepanjangan ke-akar rumput.

Dan sebenarnya, bila kita pahami secara seksama muatan berita tentang Niko, beberapa media yang memberitakan tidak juga dianggap salah. Hanya saja sudut pandang penulisannya yang berbeda. Sebagian menonjolkan identitas organisasi pencak silatnya (Pagar Nusa) dan sebagian menonjolkan institusi di mana saat ini Niko menempuh pendidikan tinggi (UM Metro).

Sehingga menjadi bijak bila kita menyikapinya dengan positif, karena sosok pemuda bernama Niko Adrian Hari Zona telah menjadi kebanggaan kita bersama. Baik itu keluarga, kerabat seperguruan Pencak Silat, kawan-kawan seperjuangan dan dosen tempatnya saat ini menempuh pendidikan tinggi. Tidak menutup kemungkinan masih banyak pihak lainnya yang turut bangga atas prestasi yang ia capai. Hanya saja luput dari sorotan media.

Terakhir yang penulis ketahui, sampai tulisan ini terbit, prestasi yang Niko raih telah sampai kepada rektorat. Bahkan Niko sendiri sempat bercerita kepada penulis, dirinya sudah bertemu dengan Ketua Program Studi S-1 Manajemen dan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan guna mengurus dan mencatatkan namanya pada daftar mahasiswa berprestasi di UM Metro.

Sebab penting juga diketahui, dari berbagai prestasi di kejuaraan pencak silat yang Niko ikuti, ia tidak pernah berbagi informasi kepada pihak kampusnya dan cenderung menyembunyikan. Entah apa yang menjadi alasannya? kalo boleh penulis bertanya, apakah Niko merasa minder karena berlatar belakang organisasi berbeda atau ia tidak mengetahui akses menyampaikan informasi atas prestasinya ke pihak kampusnya? entahlah, hanya hati kecil Niko yang bisa menjawabnya dengan jujur.

Tapi yang jelas, menukil salah satu komentar dari official fb UM Metro “UM Metro menerima mahasiswa dari latar belakang yang beragam. Bahkan mahasiswa aktif UM Metro sebagian berasal dari agama Nasrani dan Hindu. UM Metro terbuka bagi siapa saja.”

 

Penulis : Barnas Rasmana

2 Komentar

  • Sebetulnya ini masalah eksistensi sebuah naungan. Maka ketika ada pemberitaan reporter harus juga menyebutkan dimana dia berlatih, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman klaim prestasi. Niko adlh mahasiswa ummetro berlatih di perguruan apa….

    Kromowijoyo

Tinggalkan Balasan