Mengingat Sejarah untuk Melembutkan Jiwa

Profetik UM Metro –  Allah SWT Berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian.” (Al Baqarah ayat 49)

Kisah Allah SWT menyelamatkan kaum Bani Israil adalah sejarah yang tak terlupakan, bagaiamana Bani Israil adalah kaum yang kurang mampu mengambil pelajaran dari sejarah.

Banyak sekali karunia Allah yang telah mereka dapatkan ketika mereka mau mengikuti Nabi Musa as, tetapi ketika mereka menjauh Maka Allah SWT cabut semuanya, mereka awalnya menjadi kaum terbaik, Allah ganti dengan umat Islam sebagai khairu ummah, karena Bani Israil lalai dengan ajaran nabinya.

Al Baqarah ayat 49 ini Allah SWT selamatkan mereka dari kekejaman Firaun dan pengejarannya, karena mereka saat itu masih mendampingi Nabi Musa dan mengikutinya.

Disinilah sangat pentingnya mengikuti para Nabi sebagai uswah, walau hanya mengikuti keteladanan fisik.

Ada sebuah kisah seorang pengikut Fir’aun yang selalu mengolok-olok Musa as, akan tetapi menariknya dia adalah orang yang sangat senang mengikuti gaya dan tampilan Nabi Musa dalam hidup, walau hanya untuk mengejek. Akan tetapi ketika terjadi kehancuran pasukan Fir’aun, orang ini selamat, sehingga Nabi Musa berdoa, Ya Allah mengapa, orang yang selalu mengejek diriku selamat dari azabmu? Allah menjawab, “karena dia selalu meniru dan mengikuti apa yang kamu lakukan” (kisah dalam buku Abdullah Sattar “meraih surga dengan beberapa detik ).

Sejarah Bani Israil menjadi pelajaran berharga bagi kita yang membaca Al Qur’an, ketika mau mengaktifkan historical theory (teori sejarah). Bahwa sejarah akan terus berulang, hanya waktu, keadaan dan suasana yang berbeda. Akan tetapi variabel dan  indikator sejarah tetap akan sama,  jauharah tarikhiah (subtansi sejarah) akan tetap sama.

Sejarah akan menjadi inspirasi peradaban bagi mereka yang mampu membangun metode berfikir subtantif (jauharah) tidak terjebak dengan pola berfikir aradh (accident) yang hanya melihat sesuatu pada relasi waktu, keadaan, kondisi, tempat dan permukaan saja.

Jika substansi peradaban era Firaun saat ini dimunculkan, maka kehancuran pasti akan muncul kembali. Kekuatan Firaun bukan terletak ditangannya, tetapi jauhnya umat dari kebenaran, dari meneladani kebenaran Nabinya.

Sama dengan saat ini kekuatan kekuasaan zalim bukan ada pada kekuatan politik kekuasaannya, tetapi jauhnya umat dari kebenaran dan meneladani kebenaran kenabian.

Karena ketika umat mau meneladani Nabi dengan totalitas, dengan penuh cinta, dan penuh keyakinan, maka kuasa Allah yang akan menolong mereka.

Bagaimana Allah SWT menolong Bani Israi dari kekejaman Firaun dan bala tentaranya, kekejaman karena membunuh anak laki-laki dan membiarkan perempuan, bahkan menimpakan siksa kepada siapapun.

Di era saat ini sangat nampak sekali, bagaimana pembunuhan generasi pemimpin bangsa ini, para remaja terutama laki laki dihancurkan dengan berbagi media, sehingga menjadi generasi strawberry, lemah dan tak berdaya, tidak memiliki daya saing, daya tahan dalam hidup dan berjuang.

Lalu bagaimana kondisi ini 5 sampai dengan 10 tahun yang akan datang, bukankah kehancuran bangsa yang terjadi. Sebaliknya, eksploitasi wanita besar-besaran, jika pada era Firaun wanita di biarkan hidup, karena tidak berbahaya, dan hanya untuk memuaskan nafsu sexual para penguasa, maka saat ini lihatlah bagaiaman wanita, para generasi milinial yang gadis-gadis sudah tak memiliki rasa malu, mereka tereksploitasi melalui jerat setan media, bahkan uang akan datang dengan mempertontonkan aurat di media-media, bahkan sudah hilang rasa malunya.

Bayangkan bagaimana rusak nya dunia, ketika calon ibu bagi generasi seperti ini, calon ayah sudah tak memiliki sifat kepemimpinan, maka tak ada harapan generasi kebaikan, kecuali ada yang mau melakukan perlawanan seperti Musa as.

Musa as adalah sebuah simbol generasi yang lahir dalam ketakutan kondisi, kemudian dia terbentuk dalam kekerasan lingkungan, tetapi ada satu sosok penguat, dialah ketulusan seorang wanita. Ketulusan istri Fir’aun yang membimbingnya sehingga mampu melahirkan keberanian luar biasa.

Artinya bangsa ini masih memiliki harapan, andaikata masih ada sentuhan hati seorang ibu kepada anaknya, yang selalu menguatkan, ketika lingkungan sudah tidak memungkinkan untuk tumbuhnya Generasi, suasana politik sudah tidak kondusif bagi generasi, hanya ada satu kekuatan, dialah ketulusan seorang ibu.

Sejarah dalam surat Al Baqarah ayat 49 menjadi pelajaran besar bagi kita semua, untuk lembut nya hati kita, bahwa keteladan kepada nabi dengan totalitas adalah jalan pertolongan Allah SWT. Dalam dunia ilmu pengetahuan, setinggi apapun manusia berfikir, tundukan kesombongan kita, dan ikuti seremeh apapun sunah nabi, sampai Ibnu Umar selalu mengikuti nabi walau hanya sekedar menggerakkan ranting kayu. Ketika ditanya, beliau menjawab, aku hanya mengikuti nabi, Karena nabi berbuat begitu. Sehingga para sahabat adalah umat terbaik dalam kehidupan ini.

Sebagai insan profetis hendaknya menjadikan sejarah sebagai inspirasi, mengambil subtansi sejarah untuk menghindari jatuh ke dalam lubang yang sama dalam peradaban. Kemampuan ini bagi mereka yang mau mengambil pelajaran dari sejarah yang ada. Al Qur’an begitu indah untuk kita pelajari semua isi dan kandungannya, sehingga keindahan Al Qur’an akan melembutkan kekerasan hati kita, akhirnya kita menjadi ahli Qur’an.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)