Menakar Efektivitas Belajar Online, Sigap atau Gagap?

Opini – Problematika atas wabah Covid-19 benar-benar membawa pengaruh besar untuk segala aspek kehidupan, pemerintah belakangan ini disibukkan dengan mencari rumusan solusi paling ampuh untuk menyelesaikan masalah tanpa menumbuhkan masalah lainnya.

Pandemi virus ini memang hadir tepat disaat seluruh aspek kehidupan negara ini mulai ditata kembali, kabinet baru harapan baru, ternyata ujian dan cobaan bagi mereka juga lebih menantang daripada kabinet pemerintahan sebelumnya, untuk segala aspek kehidupan hari ini Indonesia dihadapkan dengan dua sisi mata uang yang mau tidak mau harus digulirkan dipermukaan untuk memilih salah satunya, menyelesaikan pandemi virus ini atau tetap mempertahankan tatanan kehidupan sebagai mana mestinya.

Namun pada akhirnya adapula yang berhasil menjalankan tatanan seperti biasa, dengan keinginan yang sama, walaupun cara yang ditempuh sedikit berbeda. Misal dibidang ekonomi, masyarakat perkantoran hari ini diperintahkan untuk mengerjakan segala pekerjaannya dari rumah.

Tak terkecuali dunia pendidikan, kebijakan pemerintah melalui rapat kabinet Indonesia Maju, dan kebijakan masing-masing kepala daerah menginstruksikan untuk melaksanakan program pembelajaran di rumah dengan penugasan dan pendampingan orang tua berbasis online, berlangsung selama 14 hari, dengan opsi perpanjangan tergantung dengan pola penyebaran virus Corona di daerah setempat, bahkan baru-baru ini beberapa instansi pendidikan dibeberapa daerah sudah mulai memberlakukan opsi perpanjangan sampai bulan April.

Satu dua hari kebijakan ini diberlakukan, banyak dari orang tua dan mahasiswa yang mengeluh tetapi ada juga yang senang dan bahagia. Orang tua mengeluh karena mereka disibukkan dengan mendampingi anak-anak mengerjakan tugas sampai siang hari, belum lagi mereka juga memiliki home work yang juga harus dikumpulkan kepada instansi tempat merek bekerja, serta sinyal internet yang beberapa kali harus down dan situs aplikasi yang juga mengalami ganguan servernya.

Menjadi pemandangan menarik ditengah wabah Covid-19. Menggemaskan sekali nampaknya jika kita mengamati cuitan dan curhatan para orang tua di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram. Ada yang menulis dengan nada tinggi “ibu guru ampunn buk ampunn!!!.”, Ada lagi “kalau hari biasanya hanya menyediakan sarapan, kali ini Anggaran Belanja Emak-emak (ABE) harus dikeluarkan untuk kuota internet, cemilan dan minuman, serta obat stres wkwk”.

Dari kalangan mahasiswa, opini mereka jauh lebih menggelitik, misalnya “wahai ibu bapak dosen, sesungguhnya libur 14 hari ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhahuwata’ala, bukan malah memberi tugas kepada kami, izinkan kami untuk bertaubat dan beribadah”.

Namun ada juga orang yang bahagia atas cobaan ini karena mereka bisa lebih dekat dengan orang-orang yang dicintainya serta menjadikan hubungan keluarga menjadi lebih mesra dan hangat. Tentang permasalahan di atas dengan sekelumit problematika teknis proses pembelajaran berbasis internet atau sistem pembelajaran daring (SPADA), kali ini kita akan mengupas dan mengulas dengan mengukur dan menakar efektivitas belajar online, sigap atau justru kita gagap?

Psikolog Universitas Indonesia Dr Rose Mini Agoes Salim mengatakan peserta didik harus membiasakan pembelajaran dalam jaringan (daring) selama berlangsungnya wabah virus COVID-19 di Tanah Air. Guru bisa menggunakan platform-platform pembelajaran daring tertentu dan bisa membantu anak sehingga anak tidak merasa tidak tatap muka dengan gurunya. Bisa dengan menggunakan video dan lainnya (dilansir dari Republika.co.id)

Sejatinya fokus pembelajaran diera revolusi industri 4.0 bukan lagi tentang apa yang dipelajari tetapi bagaimana cara seseorang belajar, dengan memanfaatkan berbagai macam alat teknologi. Menurut Yusuf dan Nur (2012:7-8) Pembelajaran Daring hendaknya memfasilitasi pengalaman belajar yang efektif yang membutuhkan interaktivitas, komunikasi, dan
komunitas belajar.

Capaian pembelajaran dari partisipan Pembelajaran Daring perlu ditentukan agar efektivitas Pembelajaran Daring dapat dievaluasi. Hal yang juga penting adalah performansi partisipan diukur dan diumpanbalikkan terkait dengan kekuatan dan kelemahannya
dalam pembelajaran. Apa yang akan dipelajari partisipan atau apa hasil yang diinginkan?

Bukti apa atau dokumentasi apa yang perlu disiapkan partisipan, bila ada, untuk menyajikan bahwa mereka telah mencapai hasil atau yang diinginkan? Bagaimana partisipan akan menerima umpan balik atas pembelajarannya?.

Jika kita lihat lebih dalam tingkatan kompleksitasnya jauh lebih rumit daripada pembelajaran offline, karena umpan balik memang menjadi poin penting karena siswa bahkan bisa mencari materi dari internet dengan beberapa kali sentuhan. Tentunya guru dan orang tua perlu mengembalikan esensi pembelajaran berbasis Daring atau online, pembelajaran daring bukan sekedar memberikan penugasan dengan memfoto melalui pesan WhatsApp messenger dan mengoreksinya lalu mengembalikan hasil pekerjaan anak-anak. Ini tentu akan berdampak kepada bertambahnya beban orang tua. Mereka harus menyelesaikan pekerjaan rumah, home work kerjaan, dan membantu anaknya untuk menyelesaikan tugas.

Jika ini terdengar sampai ke telinga Mas menteri Nadiem Makarim, maka bisa jadi ia akan menyebut pembelajaran dengan sistem ini adalah pembelajaran yang tidak memerdekakan siswa. Pembelajaran daring memang perlu untuk dilakukan sosialisasi secara integratif untuk komponen dunia pendidikan, karena bisa jadi pemeran utama pendidikan kita, guru dan sekolah belum sigap untuk melakukan proses pembelajaran berbasis Daring.

Jangan sampai pembelajaran daring menjadi disalah artikan dengan pembelajaran “garing” karena jenuh dan melelahkan. Orangtua memiliki peran pengganti utama sebagai guru saat proses pembelajaran daring, tentunya mendampingi dalam hal pengawasan bukan pendampingan dalam rangka ikut sibuk memikirkan jawaban soal.

Dari segi pembelajaran daring ditingkat mahasiswa, efektivitas penggunaan layanan internet memang perlu ditingkatkan, mahasiswa acap kali mengeluh dengan jaringan internet, aplikasi yang rumit, server daring yang down dan segala bentuk ketidaksiapan lainnya, menjadi bahan perbaikan untuk pemerintah sebagai penyedia layanan internet dan instansi pendidikan sebagai penyedia platform aplikasi daring.

Proses pembelajaran daring memang sudah familiar ditingkat mahasiswa, secara kesiapan mereka kauam milenealis juga sudah “melek” teknologi. Hanya saja teknis pembelajaran dan metode pembelajaran belum mampu memuaskan dosen dan mahasiswa itu sendiri.

Kegagapan pembelajaran ini memang nampak terlihat dihadapan kita, tidak satu dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah di Indonesia. Kompenen-komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran berbasis online perlu ditingkatkan dan diperbaiki, pertama dan yang terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian gawai atau komputer berspesifikasi mumpuni, aplikasi dengan platform yang user friendly, dan sosialisasi daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu dan integratif kepada seluruh stekholder pendidikan.

Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memutar balik arah kebijakan subsidi bos dengan sedikit memangkasnya untuk keperluan penyedia layanan internet, tentunya kita tidak berharap wabah ini berlarut-larut lama, namun sebagai bentuk tindakan preventif, kita perlu untuk memasang kuda-kuda yang kuat, untuk mensiasati pembelajaran dengan menggunakan media internet.

Pemerintah bisa memberi kebijakan dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan aplikasi, untuk membantu proses pembelajaran jarak jauh ini. Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus pembelajaran berbasis daring.

Bagi sekolah dan perguruan tinggi perlu untuk melakukan Bimtek online (bimbingan teknis) proses pelaksanaan daring, dan melakukan sosialisasi kepada orangtua dan siswa serta mahasiswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.

Dalam proses pembelajaran, penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi virus Corona. Dengan demikian kita akan dapati pembelajaran yang sama dengan cara yang berbeda. Hasilnya, Efek dominonya bagus, programnya tepat sasaran, dan capaian pembelajarannya tercapai. Semoga Allah segera mengangkat wabah penyakit ini. Aamiin

 

Penulis: Hafiz Kaunang (Mahasiswa Pascasarjana UM Metro)



1 Komentar

  • Sans

    Dampak lain diliburkannya perkuliahan bagi smt lanjut yakni terhambatnya proses pengerjaan skripsi, walaupun sudah di berlakukan bimon (bimbingan online), nampaknya universitas gagap dan belum siap dengan teknis ini, terlebih saat bimbingan dosen membalas pesan amatlah cukup lama. Mungkin ada baiknya univ memberikan surat edaran kepada pembimbing mahasiswa agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada mahsiswa. Covid 19 bukan penghambat untuk lulus tepat waktu.

Tinggalkan Balasan