
Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: “Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang memang benar,” Al-Baqarah ayat 23.
Banyak terjadi manusia yang ragu dengan kebenaran Al-Qur’an, baik lafadz maupun isinya, sehingga mereka membangun opini akan Al-Qur’an dengan berbagai macam statement dan kesimpulan yang membuat manusia mengalami keraguan dan menafikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dan beralih dengan berbagai konsep dan teori yang penuh retorika, seakan konsep dan teori tersebut adalah mutlak dan harus diikuti oleh manusia.
Sebagian ada yang mengatakan Al-Qur’an adalah otoritas, sehingga dia tidak ilmiah. Secara rasional pernyataan ini adalah benar, karena memang dia adalah otoritas mutlak dari Allah SWT, sehingga tidak ada ruang debat di dalamnya. Akan tetapi realita inderawi manusiawi menyimpulkan dalam kerangka metodologis, Al-Qur’an seakan tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi sebuah kajian, riset dan karya ilmiah. Akhirnya sebuah karya ilmiah lepas dari standar kebenaran mutlak.
Sebagian ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci, fungsinya hanya pada ruang lingkup agama dan ritus keagamaan saja. Pernyataan ini juga tidak salah mutlak, akan tetapi sangat berbeda bagi para cendekiawan yang jauh dari paradigma ilahiah, mereka akan menyimpulkan bahwa Al-Qur’an hanyalah kitab suci yang hanya dibaca di masjid, di baca di bulan ramadhan, di baca ketika orang meninggal dan seterusnya. Sehingga Al-Qur’an tidak pernah masuk di sidang parlemen sebagai sebuah keyakinan akan kebenaran, Al-Qur’an tidak pernah masuk dalam RUPS sebuah perusahaan, Al-Qur’an tidak pernah masuk dalam ruang sosial sebagai pembentuk ketenangan dan kedamaian.
Dan masih banyak lagi statement yang seakan benar akan tetapi membuat umat semakin jauh dari pedoman nya. Jikalau di tanya, tentu mereka tidak akan mengatakan ragu, mereka akan mengatakan yakin, tetapi betapa banyak alasan mereka ketika harus mengamalkan dan menjadikannya sebagai pedoman.
Belum lagi harus memilih antara Al-Qur’an dan Pancasila! Yang keduanya tidak dapat dibandingkan, karena Pancasila adalah jiwa Al-Qur’an itu sendiri, karena perumusnya adalah orang orang yang memang menjiwai Al-Qur’an itu sendiri.
Memang terkesan berbeda denga orang kafir Quraisy meragukan Al-Qur’an, mereka menuduh kan Al-Qur’an adalah karya Muhammad Saw, tetapi semua terbantah karena Muhammad tak mampu membaca dan menulis. Bahkan mereka tak mampu mendatangkan satu ayat semisal Al-Qur’an. Ini bukti bahwa Al-Qur’an adalah hak dari Allah SWT.
Al-Qur’an adalah mukjizat paripurna Nabi Muhammad Saw. Karena mukjizat akan diturunkan sesuai dengan kondisi kaum saat itu.
Kondisi masyarakat Arab adalah kaum yang memiliki tingkatan sastra sangat dalam, mereka memiliki intelektual yang luar biasa. Sehingga mukjizat akhir zaman bukan mukjizat fisik, akan tetapi mukjizat yang universal, yaitu akal, hati dan amal.
Mukjizat ilmiah inilah yang bersifat universal, berbeda dengan mukjizat nabi sebelumnya, yang bersifat fisik dan inderawi, karena memang yang dapat melemahkan mereka saat itu adalah mukjizat tersebut. Sehingga mukjizat para nabi terdahulu tidak bersifat universal, berbeda dengan Al-Qur’an, yang universal sepanjang zaman dan tempat.
Al-Qur’an sebagai mukjizat ilmiah universal akan melemahkan setiap kesombongan ilmiah manusia sepanjang zaman. Karena Al-Qur’an adalah mukjizat dari Yang Maha Mengilmui.
Jika semua ilmuwan sudah memiliki keyakinan totalitas dengan Al-Qur’an, maka mereka akan menjadikan Al-Qur’an sebagai standar kebenaran dalam semua bidang kehidupan.
Bagaiamana Al-Qur’an membangun standar keadilan hukum, bagaimana Al-Qur’an membangun standar kebijaksanaan dalam politik, bagaimana Al Al-Qur’an membangun kesejahteraan ekonomi, bagaimana Al-Qur’an membangun kesamaan dan kesetaraan sosial, dan bagaimana Al-Qur’an membangun peradaban yang mulia dan tinggi.
Bagi seorang yang meyakini Al-Qur’an, mereka akan mengedepankan nilai-nilai Al-Qur’an sebelum apapun, akal mereka selalu tunduk dibawah Al-Qur’an, demikianlah seharusnya manusia berfikir.
Semua konsepsi qur’ani tak akan habis dikaji oleh akal manusia, sehingga ketika konsep Al-Qur’an diterapkan dan belum mendapatkan hasil pada ruang realitas, bukan Al-Qur’an yang salah, hanya kedalaman berfikir manusia yang perlu lebih jernih memahaminya.
Saat ini banyak orang yang ingin merubah hukum Allah SWT dengan berbagai dalihnya, sehingga benar benar Al-Qur’an hanya akan menjadi kitab suci ritual yang menjadi kajian sejarah dan normatif saja.
Insan profetis akan selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam semua aspek hidupnya, tak ada sedikitpun keraguan dari lafadz dan isi Al-Qur’an, sehingga keyakinan mereka melampaui kecerdasan mereka.
Insan profetis akan membangun wacana berfikir yang meyakinkan manusia kepada Allah SWT, melalui kajian kajian konsepsi Qur’ani yang realistis dalam kehidupan, bukan malah menjadikan tandingan bagi kitab sucinya.
Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I.