Ketaatan Menghilangkan Kesedihan

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: Kami berfirman, “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Al Baqarah ayat 38)

Salah satu tugas orang beriman terhadap Al Qur’an adalah tilawah, sebagaimana dalam Al Qur’an:

“Sesungguhnya orang-orang bertilawah terhadap kitab Allah.” (QS: Faatir ayat 29). Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab (Al-qur’an), mereka bertilawah (membacanya) dengan benar.” (QS: Al-Baqarah ayat 121).

Makna dari ayat ini mereka yang bertilawah Al-qur’an secara benar adalah dengan ittiba’ atau mengikutinya. Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan setelah memaparkan tilawah ada dua yakni tilawah Lafdziyah dan tilawah maknawiyah. “Intinya tilawah yang hakiki adalah tilawah atau membaca makna dari ayat-ayat Allah, ittiba’ atau mengikutinya, membenarkan semua beritanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, mematuhinya seluruh tuntunannya.”

Demikian makna tilah secara universal, yang secara bahasa bermakna mengikuti, sehingga metode tilawah adalah metode sejenis talaqqi dan sangat tepat bagi siapa yang belum mampu membaca Al Qur’an, maka dia akan dibimbing oleh seorang guru.

Secara maknawi seseorang yang melakukan tilawah akan membaca, merenungi dan konsisten mengikuti semua titah dan spirit Al Qur’an. Tilawah akan masuk kedalam jiwa manusia dengan pengulangan terus menerus, sehingga Al Qur’an akan dan melekat dalam diri orang beriman.

Seseorang yang melakukan replikasi dalam pembacaan akan banyak menemukan kebaruan dalam hidup, banyak hal yang mencerahkan dirinya, membuka tabir suram dirinya, ketika menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Hari ini kita membahas surat Al Baqarah ayat 38

Kami berfirman, “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” mari kita tilawah hari ini, kita baca-baca, kita ulang-ulang dengan baik, dengan hati dan fikiran kita, apa yang hadir dalam diri kita.

Yang pertama, Allah tak biarkan Adam tanpa petunjuk

Kami berfirman, “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, dalam kalimat ini, ketika Allah SWT mengusir Adam ke dunia tidak membiarkan tanpa arah, tanpa pegangan. Tetapi Allah SWT datangkan petunjuk agar mampu hidup di dunia dengan baik dan benar. Di sinilah Rahmat Allah tertinggi, ketika Allah SWT tidak melepaskan manusia tanpa petunjuk jalan, tetapi memberikan arah dan pedoman hidup, sehingga Adam mampu kembali lagi kepada Allah SWT dengan selamat.

Demikianlah manusia hidup, harus mengikuti pedoman Allah SWT, yaitu Al Qur’an, dalam setiap aspek kehidupannya.

Al Qur’an adalah jalan hidup yang lurus, pedoman pendidikan yang terbaik, pedoman politik yang paling bijak, pedoman ekonomi paling adil sejahtera dan pedoman hukum yang berkeadilan.

Ibarat sebuah jalan, Al-Qur’an sebagai peta penunjuk jalan yang akan mengantarkan manusia menuju tujuannya. Didalamnya ada roadmap kehidupan, sehingga, seseorang benar-benar jelas dalam menjalani kehidupan.

Bahkan bukan hanya roadmap, kurikulum kehidupan sudah sangat jelas dalam Al Qur’an, apa yang harus dipelajari oleh manusia, dari masalah keyakinan sampai masalah logika.

Jika seseorang sudah menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman, dia akan fokus mengikutinya, mengembangkan dalam kehidupannya, dan tidak tertarik degan panduan dan pedoman selainnya.

Yang kedua, ketaatan pada Al Qur’an membahagiakan

Allah berfirman: maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. orang yang mengikuti petunjuk Allah tidak akan merasa khawatir dan sedih, mengapa? Dia mengetahui peta hidup, dan apa yang harus dilakukan, bahkan balasan kehidupan.

Logika ini hanya akan dapat difahami oleh mereka yang benar mengimani Al Qur’an, karena tanpa iman Al Qur’an tidak akan memberikan apa-apa bagi manusia, bahkan akan menjadi kerugian.

Al Qur’an akan menjadi hidayah (guidance) bagi manusia yang beriman, dia akan mendapatkan konseling ilahiah melaui ayat Al Qur’an, menjadi obat dari seluruh penyakit kehidupan, bahkan patologi sosial.

Sehingga siapapun yang mengikuti Al Qur’an akan hilang rasa sedih dan takutnya. Sedih adalah tanda bahwa manusia sedang ada penyakit dalam dirinya, penyakit yang membuatnya merasa tidak nyaman, ini adalah penyakit hati. Bahkan Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa sedih adalah pintu masuk syetan. Karena syetan akan masuk pada hati yang sedang bermasalah.

Orang yang mengikuti hidayah Al Qur’an akan selalu bahagia, karena penyakit hatinya telah hilang.

Seperti orang yang sakit, dia akan berbahagia ketika dirinya sehat.

Demikianlah sifat Al Qur’an yang mengobati segala penyakit bagi manusia, bahkan penelitian banyak menyebut bahwa Al Qur’an juga obat bagi penyakit fisik.

Menurut sebuah studi ilmiah Efek Terapi Membaca Alquran: Sebuah Studi Ilmiah yang dilakukan oleh Dr Ahmed Al-Qadhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat membuktikan bahwa perubahan fisiologis terjadi pada sistem saraf otak dari sampel pasien yang mendengarkan pembacaan Al-Qur’an ketika sedang dipantau oleh sistem yang sangat canggih di klinik yang terletak di Panama City, Florida.

Sementara itu, dilansir dari situs Research Gate, Dr Ahmed Al-Qadhi berhasil membuktikan bahwa mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun tidak, dapat merasakan perubahan psikologis yang sangat besar.

Demikianlah Al Qur’an mampu mengobati fisik maupun psikologis dari segi bacaannya yang indah dan sound healing nya. Apalagi Al-Qur’an dalam arti sebagai obat masalah hati, masalah sosial, dan sebagainya, maka Al Qur’an menajadi solusi kebahagiaan hidup.

Satu ayat yang kita maknai akan menjadi solusi bagi hidup ini, sebuah kisah bagaimana Kiai Ahmad Dahlan berbekal surat Ali Imran ayat 103 melahirkan Muhammadiyah, bekal Al Maun melahirkan gerakan sosial (social movement) sampai saat ini Muhammadiyah menjadi solusi bagi bangsa ini.

Andaikan semua umat Islam mengambil pola berfikir seperti Yai Dahlan tentu akan menghasilkan kemajuan luar biasa umat Islam.

Demikianlah pola profetis, berfikir deduktif untuk menjadikan Al Qur’an sebagai jalan kemajuan hidup.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)