Kelebihan Diri Jangan Melalaikan

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian dan (ingatlah) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas segala umat (Al Baqarah ayat 47).

Lama fikiran tidak berselancar menembus arena deduktif ilahi yang membangunkan logika logika iman manusia yang berfikir.

Akan tetapi ternyata Allah SWT memberikan waktu manusia untuk berhenti sejenak dengan sakit, yang melemahkan kemampuan berfikir tersebut, oleh sebab itu mensyukuri nikmat sehat adalah satu dari nikmat yang manusia sering lupa, yaitu sehat ( Al sihah) dan waktu luang (Al faragh).

Kenikmatan sehat dan waktu luang adalah kenikmatan yang nampak nyata, akan tetapi ada satu nikmat yang dengan nikmat tersebut manusia berubah status dan fungsinya. Itu adalah akal, dengan akal manusia disebut hewan berfikir, sehingga lepas hewanya dan dominasi manusia berfikir nya. Dengan akalnya manusia yang tadinya hamba menjadi Khalifah.

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Bani Israil mengingat nikmat Allah dan Allah melebihkan mereka dari kehidupan manusia lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kakek moyang mereka yang terdahulu; dan keutamaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka, yaitu diutus-Nya rasul-rasul dari kalangan mereka, diturunkan kitab-kitab kepada mereka, dan diutamakan-Nya mereka atas segala umat pada zaman-nya, seperti yang disebut oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:

{وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ}

Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. (Ad-Dukhan: 32)

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kalian, dan dijadikan-Nya kalian orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain.” (Al-Maidah: 20)

Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah, sehubungan dengan tafsir firman-Nya: dan (ingatlah) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas segala umat. (Al-Baqarah: 47) Disebutkan bahwa keutamaan tersebut berkat apa yang telah diberikan-Nya kepada mereka berupa kerajaan, rasul-rasul, dan kitab-kitab; hingga mereka berada di atas semua umat di masanya, karena sesungguhnya tiap-tiap zaman itu mempunyai umatnya masing-masing.

Demikianlah kelebihan Bani Israil, yang memiliki kelebihan nikmat luar biasa bahkan dengan kecerdasannya mereka dipilih menjadi umat paling utama, akan tetapi hal ini sudah terkalahkan dengan umat Islam yang disebut Nabi sebagai khairu umah, seperti dalam Al Qur’an:

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. (Ali Imran: 110)

Di dalam kitab-kitab Musnad dan kitab-kitab Sunnah disebutkan sebuah hadis dari Mu’awiyah ibnu Haidah Al-Qusyairi yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

“أَنْتُمْ تُوفُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً، أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ”.

Kalian dapat mengimbangi tujuh puluh umat, kalianlah yang paling baik dan paling mulia menurut Allah.

Umat Islam disebut umat termulia karena: 1) Turun kepadanya Al Qur’an, sedangkan Al Qur’an adalah kitab paling mulia. Sehingga siapapun yang ingin mulia jangan jauh dari Al Qur’an dan beramal Al Qur’an. (locallens.com) 2) Umat Islam menjadi terbaik dan termulia karena turun kepadanya nabi Muhammad Saw, sebagai sayidul anbiya’, walau Bani Israil lahir kepadanya ribuan nabi, tidak semulian Muhammad Saw walau seorang, karena Nabi Muhammad Saw adalah penyempurna kenabian.

Masalah inilah yang kemudian menjadi kedengkian Bani Israil kepada Islam, karena Nabi akhir zaman lahir dari Arab, bukan dari Bani Israil, bahkan Muhammad Saw adalah keturunan Ismail bukan Ishaq.

Sehingga kesimpulan bagi insan profetis, keunggulan (excellency) adalah terkait dengan Al Qur’an dan pelaksanaan risalah kenabian (profetik), keduanya adalah kunci keunggulan itu, mereka akan akan mampu menghadapi 70 umat terbaik berbekal itu, daya relisiensinya lebih tinggi, itulah mengapa kemenangan Perang Badr, Kisah Salahuddin, kisah Muhammad Al Fatih, Kisah Jendral Sudirman dan sebagainya selalu berkait bagaimana interaksi mereka dengan Al Qur’an dan kedekatan dengan nilai-nilai kenabian.

Bangsa Indonesia menjadi kuat, jika mampu menghidupkan nilai-nilai Al Qur’an sebagai ruh Pancasila, dan aksinya adalah basis profetis, penuh keteladanan, kejujuran, amanah, tablig dan Fathanah. Mereka umat yang kompleks secara karakter dan pemikiran, mereka umat yang kuat secara spiritual dan intelektual. Inilah yang akan menjadi daya saing umat Islam kedepan, bukan hanya umat yang maju intelektual nya saja, karena itu hanya seperti bayangan yang tidak nyata.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)