
Opini UM Metro – Kata modern sering menjadi perbincangan, banyak yang menganggap modern adalah segalanya berkaitan dengan tekhnologi, segalanya penuh dengan kemajuan arsitektur yang megah dan seterusnya. Sehingga ketika bicara tentang kesederhanaan maka dianggap tidak modern, yang tidak megah seperti tidak modern.
Mari memahami modern dalam sebuah kontruksi ilmu. Dalam Al Qur’an ada satu surat dinamai dengan al-‘ashr yang bermakna waktu atau dalam pengertian bahasa adalah perasan buah atau intisari buah. Sedangkan kata modern dalam bahasa Arab disebut ‘ashriah sepadan dengan kata al Ashr. Maka modern sangat terkait dengan pemanfaatan waktu dan kecepatan waktu. Artinya efektif dan efisien. Efektif secara umum adalah sebuah usaha untuk mendapatkan tujuan, hasil dan terget yang diharapkan dengan tepat waktu.
Sedang efisien adalah usaha yang mengharuskan penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat dan memuaskan.
Itulah ciri modern yang sangat terkait dengan waktu, efektif artinya bagaimana memanfaatkan dan memiliki hasil, sedangkan efisien adalah menghasilkan sesuatu dengan waktu yang singkat cepat.
Oleh sebab itu modernisasi mendorong semuanya menuju pada efektif dan efisiens. Baik pada metode maupun media tekhnologi. Misal pada wilayah bekerja yang membutuhkan banyak tenaga manusia bisa dirubah dengan mesin yang sangat efektif dan efisien. Perjalanan yang lama ditempuh dengan hewan menajdi sangat cepat dengan mesin tekhnologi. Komunikasi surat yang membutuhkan waktu menajdi sangat cepat dengan tekhnologi komunikasi.
Dari spirit surat Wal Ashri sebagai ayat yang mendorong umat Islam memanfaatkan waktu, sebenarnya spirit modernisasi, tanpa memperdebatkan aspek politis dan kesejarahan munculnya istilah modern antara barat dan timur.
Jika umat Islam jeli merenungi teks Al Qur’an dan Sunnah maka akan menemukan banyak sinyalemen tentang spirit modernisasi. Misal kisahnya Sulaiman as dengan ratu Bilqis, kisah nabi Sulaiman dengan semut. Kisah Nabi Musa dengan Firaun, Kisah Nabi Nuh as dengan perahunya, bahkan Nabi Muhammad Saw dengan isra mikroj.
Misal kisah Nabi Nuh as dengan kapalnya, yang mana sebelum muncul tekhnologi tarnsportasi laut saat itu, Allah SWT ajarkan pada Nabi Nuh as akan membuat kapal. Pembuatan kapal oleh Nabi Nuh as diakui oleh sejarah, akan tetapi menjadi terlupa ketika ilmu pengetahuan memahami bahwa awal kapal laut dari teori Archimedes. Sedangkan nabi Nuh as jelas lahir sebelum Archimedes.
Nabi Sulaiman as yang memindahkan tahta singgasana ratu Bilqis dalam kejapan mata oleh ilmuwan saat itu menjadi contoh Al Qur’an akan cepatnya memindahkan benda, sehingga menjadi dasar transportasi cepat. Bahkan nabi Sulaiman as pernah berbicara dengan semut sebagai spirit tekhnologi komunikasi, ketika mampu menerjemahkan bahasa hewan kepada manusia, yang sampai hari ini belum ditemukan.
Contoh lain adalah bagaimana Nabi Musa as yang membelah laut, ini adalah tekhnologi membelah air yang sampai hari ini belum pernah terjadi, tetapi sudah banyak tekhnologi menembus laut baik jembatan, kereta dan lain sebagainya.
Terutama kita sebagai umat Islam sangat memahami bagaimana mi’rajnya nabi Muhammad Saw yang mikraj, menembus langit dengan kecepatan cahaya bersama malaikat Jibril as. Ini adalah tekhnologi transportasi yang sangat cepat dan kuat, bahkan mungkin menembus relatifitas waktu.
Al Qur’an menceritakan bagaimana tingginya level tekhnologi yang disuguhkan oleh Allah SWT. Walaupun ini adalah mukjizat, akan tetapi ilmu menjadi spirit tekhnologi dan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan harus berfikir secara mendalam dalam rangka membaca dan menurunkan menjadi dasar modernisasi.
Sehingga Islam adalah agama ilmu pengetahuan, agama yang mendorong modernisasi, mendorong lahirnya tekhnologi yang maju.
Universitas Muhammadiyah Metro hadir dengan visinya Pusat Keunggulan Profetik Profesional, modern dan mencerahkan, menjadi pelopor menghadirkan modernisasi berbasis spirit Islam, spirit Al Qur’an dan As Sunnah yang sudah diwariskan oleh Nabi Muhammad Saw. Ini sebagai tugas profetik insan kampus yang akan menjadi Pioneer peradaban baru dimasa yang akan datang.
Semua bidang keilmuan yang ada hendaknya menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai spirit dalam memajukan peradaban, membangun kampus modern, yang efektif dan efisien. Setiap bidang ilmu hendaknya membangun inovasi keilmuan baru, serta memulai merenungi sinyal-sinyal Al Qur’an dan Sunnah menjadi sumber dan informasi dalam menghadirkan tekhnologi baru dan ilmu baru.
Kampus modern yang berspiritkan Islam membangun kolaborasi antar ilmuwan, terutama menajdikan para pemikir muslim sebagai partner bagi bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dalam rangka mewujudkan prediksi qur’aniyah dan Nabawiyah.
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)