Profetik UM Metro – Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kalian berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (Al Baqarah ayat 60)
Bicara rasionalitas sebagai cara berfikir yang sesuai dengan alasan yang benar, sesuai akal sehat. Rasionalitas juga secara konsep normatif adalah mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk percaya, atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak.
Sedangkan lawan kata rasional adalah irasional. Yaitu cara berfikir yang tidak sesuai akal sehat, dan alasan yang tepat.
Manusia akan selalu berada dalam dua kondisi berfikir ini dalam menghadapi sesuatu, baik itu peristiwa ataupun sebuah informasi.
Surat Al Baqarah ayat 60 menguji cara berfikir manusia, apakah dia mampu rasional atau irasional.
Mari kita renungi ” Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Lalu memancarlah darinya dua belas mata air
Mari kita renungkan ayat ini, rasional atau irasional?
Tentu semua orang akan mengatakan irasional. Karena tidak akan mungkin, batu keluar air dengan pukulan tongkat. Karena tidak ada fakta umum tentang ini.
Akan tetapi ketika kita melihatnya bukan pada faktanya, tetapi kepada penyebab fakta maka sangat rasional, yaitu melihat pada Zat yang menjadi penyebab, yaitu Allah swt.
Kelemahan manusia, menganggap sesuatu rasioanal Hanya pada level makhluk, level akibat, dan level Jauhar. Sehingga banyak hal yang akan kita sebut sebagai sesuatu yang irasional, bahkan mustahil.
Tetapi bagi orang beriman, dia akan menaikan pada rasionalitas ilahiah, bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin, jika Allah berkenan.
Maka dalam Islam akan mengenal mukjizat untuk para nabi, karamah untuk para wali, maunah untuk manusia yang diberikan keluarbiasaan, tentu bagi mereka yang pendekatan rasional nya adalah rasionalitas materi, maka semua akan irasional, maka orang kafir selalu menganggap itu sebagai sihir atau ilusi.
Dalam kisah pada surat Al Baqarah ayat 60 tersebut, secara faktual Bani Israil selalu memanfaatkan mukjizat nabi Musa, bahkan air yang keluar dari batupun mereka minum bersama para sukunya yang berjumlah 12 suku.
Tapi setelah mereka mengambil manfaat mereka kembali berbuat kerusakan di muka bumi. Begitulah sifat kebanyakan manusia, mereka selalu memohon keajaiban Allah SWT, dalam setiap masalah, bahkan dokter pun selalu mengatakan, dalam kondisi emergency hanya kuasa Tuhan tapi setelah kuasa Tuhan di tunjukan mereka seakan lupa kepada Tuhan.
Semua hanya menjadi cerita, tapi manusia tak mampu mengambil pelajaran, kemudian bersyukur dan semakin dekat, yakin kepada Allah SWT.
Inilah bahayanya rasionalitas materialis, yang hanya melihat sesuatu pada rasioanalitas yang nampak dan terukur oleh instrumen indera dan akalnya. Tetapi jarang menggunakan rasioanalitas ilahiah, yang selalu memandang sesuatu rasioanal karena melihat segala sesuatu pada Penyebabnya, bukan akibatnya.
Efek afeksi dari rasionalitas ilahiah adalah optimisme dan positif thinking kepada Allah SWT, bahwa segalanya akan ada solusinya dengan Allah, tetapi sebaliknya bagi rasionalitas materialis, akan banyak kebuntuan, sehingga sikap putus asa dan ketidak mungkinan sering menjadi kesimpulan dalam diri mereka.
Seakan tulisan ini adalah utopis dan apologetik, tetapi hakikatnya tulisan ini mengajak kita untuk membangun Nalar fikir Qur’ani yang benar.
Insan profetis adalah mereka yang mampu berfikir rasional ilahiah, yang selalu membangun keluasan berfikir dan segalanya menjadi mungkin. Peradaban Islam akan wujud dengan pemikiran ini.
Seri Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)