Bahagia dengan Al-Qur’an: Membeli Kesesatan dengan Hidayah
- 8 Juli 2021
- Posted by: Humas UM Metro
- Categories: Profetik, Uncategorized @id

Profetik UM Metro – Allah berfirman: “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Al Baqarah ayat 16)
Ibnu Abbas menjelaskan sehubungan dengan ayat di atas, “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,” yakni membeli kekufuran dengan keimanan. Menurut mujahid, makna yang dimaksud ialah pada mulanya mereka beriman, kemudian kafir.
Qatadah mengatakan, maksudnya ialah mereka lebih menyukai kesesatan daripada hidayah (petunjuk). Pendapat Qatadah ini mirip dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْناهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمى عَلَى الْهُدى
Dan adapun kaum Samud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu. (Fushshilat 17)
Kesimpulan dari pendapat semua ahli tafsir tentang hal-hal yang telah kami sebutkan ialah ‘orang-orang munafik itu menyimpang dari jalan petunjuk dan menempuh jalan kesesatan, mereka menukar hidayah dengan kesesatan.
Orang yang menyukai kesesatan, menjauhi agama, menjauhi Al-Qur’an dan Sunnah, menjauhi perintah Allah SWT, menjauhi akhlak yang baik, dan memilih jalan yang bertentangan dengan itu semua, kemaksiatan dan kemungkaran, pengrusakan dan pengerukan segala kepentingan, maka mereka adalah sama dengan menjual hidayah dengan kesesatan.
Dalam teori jual beli hendaknya harga modal harus ditambah margin keuntungan, maka selisih itulah keuntungan. Bukan modal dijual dengan harga lebih rendah dari modal, itu adalah kerugian.
Orang yang menjadikan hidupnya hanya untuk berfoya-foya, bersenang-senang, dan jauh dari jalan-jalan Allah, maka dia seperti orang jual rugi. Menjual mobil dengan harga motor, jual sapi dengan harga kambing bahkan ayam. (Xanax)
Demikianlah kondisi orang-orang munafik yang sangat lemah kecerdasan spiritual nya. Merekalah hakikatnya yang bodoh, walau mereka selalu mengolok-olok orang beriman sebagai orang bodoh (sufaha’). Karena mereka selalu melakukan kerugian demi kerugian dalam hidupnya, dan tidak mendapatkan bimbingan sedikitpun.
Mereka mungkin di dunia ini mendapatkan segala kecukupan, akan tetapi ketika kematian datang semuanya tidak akan ada yang mampu menyelamatkan dari kesulitannya akhirat, tak mampu membeli kebahagiaan akhirat yang sangat mahal, karena mereka telah menjual agama mereka dengan kesenangan dunia.
Inilah kerugian yang nyata dalam kehidupan manusia.
Kondisi ini saat ini sangat menggejala, betapa banyak orang yang hidupnya mengejar dunia, dengan benar benar melupakan tugas ibadahnya, mereka ingin mendapatkan uang banyak harus menghalalkan segala cara, ingin mendapatkan jabatan harus dengan menjegal kawan dan suap kepada orang di bawah atau atasnya. Ingin kaya dengan menghalalkan riba, mengumbar aurat demi mendapatkan kekayaan. Para ilmuwan demi mendapatkan keuntungan menjadikan segala temuanya sesuai dengan keinginan sponsor nya, keadilan dapat dijual belikan sehingga sulitnya mencari keadilan. Inilah fakta ketika manusia menjual akhirat nya dengan dunia.
Seharusnya segala yang kita miliki dan ada pada diri kita menjadi jalan surga kita, kita beli akhirat dengan profesi kita, dengan perdagangan jujur kita, dengan keadilan hukum kita, dan dengan Khidmah jabatan kita. Semua disandarkan pada negeri akhirat.
Kerugian dunia, kebangkrutan dunia dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan strategi. Kerugian akhirat tak akan pernah dapat diselesaikan, sehingga mereka ingin kembali hidup di dunia lagi, bahkan ingin menjadi tanah.
Berbeda dengan orang beriman mereka selalu menjual kesenanganya untuk akhirat, mereka korbankan segala kesenangan hidup untuk negeri akhirat, mereka lepaskan hawa nafsunya untuk mendapatkan kenikmatan akhirat.
Mereka orang yang sanggup membeli akhirat dengan harta dan jiwa mereka, membeli surga dengan segenap kemampuannya, karena dunia adalah modal niaga yang sangat kecil, dan dijanjikan keuntungan oleh Allah di akhirat dengan surga.
Sehingga Allah menyebutkan segala kebaikan dalam Islam adalah perniagaan yang akan menyelamatkan manusia dari azab pedih, perniagaan yang akan dibeli oleh Allah dengan surga. perniagaan iman, dan berjuang di jalan Allah SWT.
Demikianlah gambaran dua mindset manusia yang berbeda, orang munafik berani menjual hidayah dengan kesesatan, menjual agama dengan kekafiran, menjual ketaatan dengan kemaksiatan. Maka mereka merugi dan merugi walau mereka mendapatkan segalanya di dunia.
Sedangkan orang beriman mereka mampu menjual kesenangan dunia demik akhiratnya, walau hidup mereka sederhana. Sehingga mereka mendapatkan keberuntungan hakiki yaitu surga dan ridho Allah SWT.
Insan profetis adalah manusia cerdas, dia bukan anak kecil yang lebih memilih uang sepuluh ribu yang nyata di depan matanya, daripada cek seratus juta tapi berupa kertas. insan profetis dengan kecerdasannya mampu memilih cek seratus juta walau berupa coretan kertas.
Insan profetis memiliki mindset ridho Allah dan surga. Mereka selalu berjuang menuju ke arah tersebut dengan jihad yang sebenarnya. Mereka tak tergoda dengan segala keindahan dunia yang melalaikan akhiratnya, walau kadang mereka sering disebut orang orang yang bodoh.
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)