Bahagia dengan Al Qur’an: Malfungsi Panca Indera Manusia

Profetik UM Metro – Allah berfirman: “Mereka tuli, bisu, dan buta; maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),” (Al Baqarah ayat 18).

Ali Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna summun bukmun ‘umyun, bahwa mereka tidak dapat mendengar petunjuk, tidak dapat melihatnya, dan tidak dapat memahaminya. Hal yang sama dikatakan pula oleh Abul Aliyah dan Qatadah ibnu Di’amah.

Fahum la yarji’una, menurut Ibnu Abbas mereka tidak dapat kembali ke jalan hidayah. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ar-Rabi’ ibnu Anas.

Ada kondisi manusia ketika penyakit hatinya sudah sangat parah, berpengaruh pada mal fungsi inderawi nya. Ketika mata tak mampu melihat kebenaran, telinga tak mampu mendengar kebaikan, dan mulut tak mampu berkata yang bermanfaat.

Mal fungsi inderawi ini nyata, karena saat ini banyak manusia karena sakit hatinya, indera mereka benar-benar tidak berfungsi untuk memahami arti sebuah keimanan, makna kebenaran hakiki, yang ada hanya olok olokan dari mereka.

Indera mereka sudah tertutup rapat, dan sulit sekali kembali kepada jalan kebenaran. Karena dunia sudah menyelimuti mereka, dan seakan mereka adalah orang yang sukses dan berprestasi.

Kitab suci di depannya sudah tidak menggiurkan matanya untuk membaca dan merenungkan nya, sehingga cahaya iman tak dapat masuk dalam dirinya.

Bencana alam, wabah yang hadir tak menjadikan mereka melihat dan terbelalak lebar, melihat kuasa Allah yang diberikan untuk menggugah jiwa yang lupa, mereka tersilaukan oleh kesombongan Ipteks yang dikuasainya. Ipteks yang seharusnya menjadi jalan memahami ayat Allah, malah menjadi jalan keangkuhan dirinya.

Kejadian sosial, kemiskinan, kebodohan dan kesengsaraan tidak menggetarkan sensor mata hati mereka, malah menghidupkan pragmatisme berfikir bagaimana menjadikan kesulitan masyarakat sebagai proyek besar, yang akan menguntungkan mereka.

Bahkan penyakit yang dideritanya pun tak dapat menyadarkan dirinya, saking butanya hati mereka, nasehat ulama tak didengar, kematian tak mereka lihat, mereka hanya berfikir kemana harus berobat, obat apa yang akan menyembuhkanya.

Demikianlah kondisi mengerikan ketika hati manusia sudah akut, maka merusah fungsi indera pada dirinya.

Insa profetis adalah mereka yang selalu mengoptimalkan funsgi indera mereka, untuk membaca ayat Allah, baik qouliyah maupun kauniyah. Sehingga iman mereka semakin meningkat. Penelitian demi penelitian mereka lakukan untuk mengungkapkan rahasia ciptaan Allah sehingga akan membangun iman produktif pada dirinya.

Insan profetis adalah manusia yang menggunakan telingan untuk khusyu mendengar segala nasehat kebenaran, sehingga nasehat itu seperti salju yang menyejukkan dahaga mereka.

Insan profetis akan selalu berkata yang baik, atau hanya diam, untuk menghindara perkara sia sia. Mereka adalah vokalis kebaikan, penyeru tauhid sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)