Bahagia dengan Al-Qur’an: Kecele yang Menyakitkan

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat,” (Al-Baqarah ayat 16).

Ayat di atas adalah amtsal bagi orang-orang munafik, orang yang memiliki penampilan luar biasa di depan publik, karena retorikanya, karena sumbangannya, karena banyak hal yang dilakukan, tetapi semua yang dilakukan bukan karena Allah tetapi untuk kepentingan dirinya, jabatannya, mengeruk kekayaan dan sebagainya.

Sehingga penampakan luar mereka terang benderang seperti menyalakan api, mereka seakan di dunia mendapatkan penerangan luar biasa, manusia mengelu elukan, memujinya dan menjadikannya orang yang paling berjasa. Tetapi ketika mereka akan memanfaatkan penerangan mereka ini, amal mereka di dunia ini, Allah SWT padamkan apinya, sehingga mereka benar-benar dalam kegelapan, tak mampu melihat keimanan, tak mampu berjalan ke arah surga.

Demikian kondisi orang-orang yang tertipu oleh perbuatan dirinya sendiri. Mereka akan kecele di akhirat, karena apa yang mereka anggap kebaikan, bahkan dia berpredikat pahlawan, harus gigit jari, tak ada amalan yang dapat menjadi penerang dalam gelapnya neraka. (https://www.magiklights.com/)

Bahasa anak muda mereka seakan mendapatkan prank oleh amalnya sendiri, seakan-akan mendapatkan banyak hal ternyata semua yang dilakukan zonk.

Mengapa??

Mereka melakukan semua amalan tidak dalam keadaan ikhlas, bukan orientasi kepada Allah SWT, tetapi hanya ingin prestise. Seperti tiga orang dalam hadis Bukhori yang amalnya luar biasa di dunia, bahkan seakan dirinya dengan surga hanya tinggal sejengkal, tetapi dia masuk neraka.

Yang pertama adalah mujahid, atau pejuang yang mati sayhid. Tetapi dia masuk neraka, karena dia berjuang hanya ingin disebut pahlawan. Betapa banyak sekarang yang mereka berjuang, berdakwah, memberdayakan manusia, tetapi hanya ingin prestise sebutan sebagai pahlawan, sebagai pemegang award, bahkan hanya ingin viral.

Kedua seorang yang rajin sedekah, dia seharusnya masuk surga, tetapi masuk neraka. Mengapa? Karena dia hanya ingin disebut dermawan. Orang yang banyak membantu dan memberdayakan, tetapi dia memiliki hasrat lebih dari itu.

Yan terakhir adalah orang yang pandai dalam Al-Qur’an. Dia sekaan  masuk surga , tetapi faktanya masuk neraka, karena dia  ingin disebut qori’, hafidz, ulama dan sebagainya. Betapa banyak orang belajar apapun hanya ingin gelar, title dan sebagainya.

Semua nya adalah masalah hati, maka orang munafik adalah orang yang memiliki penyakit hati. Mereka melakukan kebaikan kepada manusia, tetapi memiliki harapan besar kepada manusia, bukan kepada Allah SWT.

Masalah orientasi adalah sangat berat, tetapi perlu dilatih, perlu dibimbing kan, karena betapa banyak orang kecele nanti di akhirat.

Solusinya adalah marilah kita banyak berdoa kepada Allah SWT agar di jauhkan dari kemunafikan hati, sekecil apapun, belajar selalu ikhlas dalam kebaikan, hanya untuk Allah SWT, yakin bahwa apa yang kita lakukan degan ikhlas Allah akan berikan keberkahan.

Zaman modern dengan arus media sosial yang sangat besar banyak berhadapan dengan konsep ikhlas ini, tetapi yakinlah ketika kita belajar, ada jalan tengah yang terang dari konsep ilahiah ini.

Istilah semua harus di viralkan, semua dipromotori, semua dijadikan branding, adalah sebuah konsepsi syiar akan kebaikan, tetapi jangan lupa mana wilayah Syi’ar dan mana wilayah sirriah. Tidak semua disyiarkan dan tidak semua di sirrikan.

Islam agama rahmatan Lil Al-Amin. Agama penebar kebaikan kepada semua aspek hidup manusia, sehingga keyakinan ini tak ada yang salah, dan harus di jalankan. Jangan sampai kecele di akhirat.

Insan profetis adalah mereka yang memiliki amal konsisten antara amal dzohir dan batin, sehingga api yang mereka nyalakan menjadi penerang hidup mereka di akhirat, amal mereka menerangi hidup mereka di tengah gelapnya dunia yang semakin terbolak balik

Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)