Antara Hati dan Batu Mana Yang Lebih Keras?

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan.(Al Baqarah ayat 74)

Salah satu keindahan Al Qur’an adalah pada keindahan sastra bahasanya. Terutama pada wilayah amtsal (permisalan).

Dr Ahmad Jamal al-umairiy, memberikan pengetin bahwa Amtsal al-Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dan dari segi hukumnya adalah menggambarkan sesuatu yang abstrak dalam bentuk kongkrit dengan melebihkan salah satu di antara kedudukannya.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut majaz . Bisa disebut sebagai majaz metafora, yang membandingkan dua benda yang memiliki sifat yang mendekati kesamaan.

Pola berfikir ini juga dalam keilmuan Ushul fikih sebagai qiyas (analogi), yaitu menganalogikan sesuatu dengan lainya.

Dalam ayat ini Allah SWT menggambarkan hati manusia dengan batu, dalam konteks sejarah Bani Israil. Sehingga hati disini hakikatnya menggambarkan kondisi hati Bani Israil, yang sekeras batu, bahkan lebih keras. Karena batu masih ada celah terbelah dengan aliran air yang mengalir di sela-selanya, sedangkan hati Bani Israil sudah sangat tertutup.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:

{فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً}

“perihalnya sama seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah: 74)

Maka setelah berlalunya masa, jadilah hati kaum Bani Israil keras dan tidak mempan lagi dengan nasihat dan pelajaran, sesudah mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kebesaran Allah dan berbagai mukjizat. Kekerasan hati mereka sama dengan batu yang mustahil dapat menjadi lunak, bahkan lebih keras lagi dari batu. Karena sesungguhnya di antara bebatuan terdapat batu yang dapat rnengalirkan mata air darinya hingga membentuk sungai-sungai. Di antaranya lagi ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, sekalipun tidak mengalir. Di antaranya ada yang meluncur jatuh dari atas bukit karena takut kepada Allah, hal ini menunjukkan bahwa benda mati pun mempunyai perasaan mengenai hal tersebut disesuaikan dengan keadaannya, seperti yang dijelaskan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:

{تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا}

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44)

Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia pernah mengatakan, “Setiap batu yang memancar darinya air atau terbelah mengeluarkan air, atau meluncur jatuh dari atas bukit, sungguh hal ini terjadi karena takut kepada Allah. Demikian menurut keterangan yang diturunkan oleh Al-Qur’an.”

Dari kisah ini, sebagai orang yang beriman hendaknya memposisikan hatinya pada kondisi selalu lembut, khusyu’ seakan gelas kosong yang siap menerima segala tetesan air hidayah dari Allah SWT, atau dalam hadits seperti tanah subur yang menyerap air dan menumbuhkan tanaman yang berbuah lebat dan manis.

Hendaknya setiap kita yang menggunakan logika iman, mengindahkan segala ayat-ayat Allah adalah sebuah kesombongan, keangkuhan yang nyata. Maka wajar Allah SWT memurkai mereka dalam hidup.

Rasulullah Saw bersabda:

ا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي”

bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda: Janganlah kalian banyak bicara selain zikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain zikir kepada Allah mengakibatkan hati menjadi keras. Sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah orang yang berhati keras

Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadis melalui Anas secara marfu’ yaitu:

“أَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: جُمُودُ الْعَيْنِ، وَقِسِيُّ الْقَلْبِ، وَطُولُ الْأَمَلِ، والحرص على الدنيا”

Ada empat pekerti yang menyebabkan kecelakaan, yaitu kerasnya mata (tidak pernah menangis karena Allah), hati yang keras. panjang angan-angan, dan rakus terhadap keduniawian.

Dengan menjauhi hal-hal yang mengeraskan hati, insha Allah hati akan semakin lembut, dan mengenal Allah SWT dan akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT.

Insan profetis adalah mereka yang selalu menjaga hati mereka untuk selalu bersih dan lembut, sehingga memiliki kesiapan selalu menerima ilmu dan hidayah dari Allah SWT, baik hidayah itu turun dalam bacaan ayat qauliyah maupun ayat kauniyah dalam kehidupan alam semesta. Kemampuan membaca dan kepekaan hati itulah yang menjadikan kita menjadi orang yang semakin memiliki kedekatan dengan Allah SWT.

Series Bahagia dengan Al-Qur’an
Penulis : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. (Dosen FAI UM Metro)