Prof. Dr. Achmad Jainuri, MA. : Islamisme, Ideologi, Keberagaman dan Model Gerakan

UM Metro – Istilah-istilah yang muncul terkait paham dan Gerakan Islam Kontemporer kebanyakan kajian barat tentang Islam. Kondisi Lingkungan yang melahirkan istilah-istilah tersebut sangat mempengaruhi konteks penggunaan istilah tersebut.

Beberapa orientasi Ideologi Keagamaan, Konservatif / Tradisional, Reformis / Modernis, sekuler Modernis, Islamis, Salafis, Jihadis dan masih banyak lagi. Ideologi-idelologi ini kemudian menjiwai gerakan Islam seperti ikhwanul muslimin (dengan berbagai fraksinya), Al-qaida, ISIS, Taliban dan juga gerakan-gerakan Islam Komtemporer di Indonesia.

Fundamentalis asal usul gerakan yang berasal dari Amerika pada abad ke-20, fenomena modern dan reaksi terhadap modernisasi.

Lima keyakinan Pokok kaum fundamentalis sebagai dasar ideologi percaya akan 5 otoritas kitab suci injil, yesus lahir dari perawan Bunda Maria, Yesus mati disalib ditiang gantungan dan merasakan sakitnya untuk menebus dosa umat manusia, percaya adanya mukjizat, pengakuan hanya pada bahasa asli kitab suci, keyakinan ini membentuk sikap dan perilaku kaum fundamentalis rigit (kaku), tektualis (skripturalis), merasa benar sendiri, pemaksaan paham kepada oranglain, dsb. Ada dua kelompok kaum fundamentalis yaitu:  Evangeiis dan konservatif.

Fundamentalis Islam

Jika didasarkan pada kelima aspek ajaran fundamentalisme tersebut di atas, semua umat muslim adalah fundamentalis, karena mereka juga meyakini aspek-aspek ajaran tersebut dalam Islam, kecuali Penyaliban Yesus Kristus. Karena itu pada saat istilah itu pertama dipakai untuk melabeli umat muslim, tidak ada reaksi signifikan tentang pelabelan ini.

Tetapi, ketika istilah fundamentalis ini dikaitkan dengan gerakan yang ingin mendirikan negara islam dengan cara kekerasan, dan aksi tindakan kekerasan yang lain, baru kemudian umat Muslim menentang penggunaan istilah fundamentalis itu untuk kasus-kasus gerakan Islam Kontemporer. Stereotyiping (pelabelan) dengan menggunakan istilah fundamentalis marak digunakan untuk gerakan islam politik yang (dituduh) ingin mendirikan negara islam.

Fundamentalisme sunni dan gerakan islam politik yang (dituduh) ingin mendirikan negara islam. Fundamentalisme Sunni dan shi'i (fenomena politik). Tidak semua gerakan fundamentalisme Islam berkeinginan mendirikan negara Islam. Stigma Negatif fundamentalis Islam ini dilanjutkan dengan label-label radikalis dan teroris.

Radikalis muncul dalam situasi politik yang kacau, radikalis muncul karena tidak memiliki peran serta dalam memecahkan persoalan mereka sendiri, isolatif, reaktif, dalam merespon persoalan, dan sering menggunakan kekerasan dalam memecahkan persoalan. Terorisme (akar ideologi dan tuntutan aksi).

Islamis, Salafis dan Jihadis Islamis

Dasar ideologi yang dibangun: nilai-nilai ajaran islam. Kelompok islamis yakin hukum islam dan nilai-nilai islam harus memainkan peran utama dalam kehidupan publik.

Mereka menyatakan islam memiliki nilai dasar tentang bagaimana politik itu harus dijalankan, bagaimana hukum ditegakkan, dan bagaimana orang harus berperilaku dasar nilai erika moral agama. Menjadi seorang islamis merupakan tindakan sadar karena kesadaran politik. Islamis ekstrim, ISIS, dan gerakan yang menggunakan kekerasan.

Salafi

Berpegang pada ajaran dan contoh generasi islam awal. Dalam beribadah sangat berhati-hati (purintanis), menjunjung tinggi nilai etika moral agama dalam berperilaku, dan berpenampilan sederhana, (celana cingkrang dan penggunaan siwak).

Salafi ekstrim dan salafi moderat. Hanya mengajak orang berbuat baik, menghindari konfrontasi dengan penguasa/pemerintah.  Dimesir dan Kuwait salafi terlibat dalam Politik elektoral dan mendirikan partai politik, mengutamakan lobi untuk keberhasilan yang berdasarkan syari'ah. Lebih upaya menegakan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari, dari pada formalisasi dalam bentuk lembaga, jamaah Tabligh.

Jihadis

Salafi – Jihadis merupakan kelompok minoritas salafi. Jihad merupakan kewajiban Individu. Menilai kepemimpinan sekarang tidak sah, karena tidak memerintahkan jihad. Jihad dengan kekuatan senjata harus dilakukan terhadap non-Muslim (Al-Qaida dan isis). Kaum Jihadis memandang bahwa pemahaman Islam mereka yang paling benar.

  • Kajian Ramadhan 1438H PP Muhammadiyah
  • Disampaikan oleh: Prof. Dr. Achmad jainuri, MA (Perspektif Ideologi)

Kontributor : Harbi Gemeli Putra

(Al Bayurie¦Hum)



Tinggalkan Balasan