5 Kunci Inspirasi Kemajuan 2020
- 31 Desember 2019
- Posted by: Humas UM Metro
- Categories: Laman Opini, Uncategorized @id
Laman Opini UM Metro – Tahun 2020 hadir dengan membawa sejuta tantangan sekaligus peluang. Kompetisi di pelbagai aspek semakin ketat sehingga diperlukan kompetensi yang unggul. Siapa yang layak jadi pemenang adalah mereka yang paling adaptif dengan perubahan dan dapat memanfaatkan tantangan menjadi peluang. Dan semua itu perlu keuletan dan kerja keras. Seorang pemenang adalah orang yang lebih mengandalkan kerja kerasnya, karena kontribusi bakat hanyalah 10% dari sebuah kerberhasilan, sementara 90% berasal dari usaha yang sungguh-sungguh.
Cyberthreat.id telah merangkum bagaimana millennials kill everything. Setidaknya ada 36 yang mereka prediksi akan menjadi sasaran kegusaran era desrupsi dewasa ini. Kita ketahui bagaimana generasi milenial menggerogoti department store seperti Mall (Matahari, Ramayana dll). Generasi milenial saat ini tidak lagi belanja langsung ke tempat, mereka lebih suka belanja online, kalaupun ada yang bepergian ke mall, tujuan mereka bukan untuk belanja melainkan hanya untuk cuci mata atau menghilangkan stress. Pasar kost-kostan juga akan menjadi salah satu sasaran generasi milenial ini. Di mana pemerintah saat ini sedang menggalakkan program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), sehingga nanti generasi muda tidak perlu menyewa kost-kostan untuk studi di perguruan tinggi, mereka cukup belajar di rumah mereka masing-masing.
Hal serupa juga terjadi pada perusahaan Kodak. Pada tahun 1998, Kodak memiliki 170.000 pegawai dan menjual 85% foto kertas di seluruh dunia. Keuntungan yang mereka dapatkan sangat fantastis. Hanya dalam beberapa tahun, model bisnis ini hilang bagai di telan bumi. Generasi milenial lebih menyukai foto mereka tersimpan di android dan media sosial mereka untuk berbagi dengan orang lain ketimbang mencetaknya. Siapa yang akan menyangka hal ini. Dan tentunya masih banyak kasus-kasus yang serupa yang turut menjadi sasaran generasi milenial. Dan hal ini tentu tidak akan berhenti di sini saja, kita akan melihat di masa depan, perkembangan demi perkembangan akan semakin bermunculan yang menyebabkan banyak pihak yang akan menjadi sasaran generasi milenial. Siapa saja yang tidak siap dalam menyambut kemajuan di masa depan ini, maka mereka akan tertinggal.
Lalu bagaimana persiapan kita untuk menghadapi semua ini. Maka diperlukan orang yang berbeda dari yang lain. Orang yang tidak biasa-biasa saja. Karena jika kita menjadi orang yang biasa-biasa saja, maka kita akan menjadi pihak yang tertinggal. Bagaimana menjadi orang yang berbeda dari kebanyakan orang? Menjadi orang yang berbeda berarti kita harus menjadi orang yang memiliki karakter 4C yakni Critical Thinking (Berpikir Kritis), Creative (Kreatif), Communicative (Komunikatif) and Collaborative (Kolaboratif).
1. Berpikir Kritis
Yang pertama untuk menjadi orang yang tidak biasa-biasa saja, maka kita harus memiliki karakter berpikir kritis. Berpikir kritis sebagaimana yang diterangkan Scriven & Paul, 1992. adalah proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan.
Orang yang berpikir kritis sebagaimana yang disampaikan Scriven & Paul, akan menjadi orang yang pintar dalam menganalisis suatu permasalahan lalu menemukan solusinya. Sehingga tindakan yang mereka ambil akan sangat bijak dengan meminimalisir resiko yang ada.
Generasi milenial saat ini sangat dimudahkan untuk mengakses pelbagai informasi di media sosial mau pun di internet. Namun sayangnya, kemudahan mengakses informasi seringkali tidak berjalan lurus dengan kebenaran atau keotentikan isi informasi tersebut yang terus mengalir dari orang satu ke orang yang lain. Sebagai generasi milenial yang bijak, tindakan berpikir kritis merupakan keniscayaan. Orang yang berpikir kritis tidak akan mudah terpengaruh dengan informasi yang mudah tersebar di media sosial atau pun di internet seperti yang marak terjadi. Mereka cenderung menganalisis kebenaran akan informasi tersebut terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.
sebagai penerus bangsa berfikir kritis dan megambil sikap yang bijaksana dalam situasi sekarang ini adalah proses yang positif untuk hidup bersosial dalam masyarakat, karna saat ini kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan kemampuan berpikir lainnya , seperti kemampuan untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Selain itu, dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang hilang yang di era revolusi industry 4.0, maka lapangan pekerjaan baru akan bermunculan seiring dengan kebutuhan zaman. Orang yang berpikir kritis akan sangat cepat menangkap peluang ini, sebelum kebanyakan orang melakukannya.
Setidaknya ada empat manfaat berpikir kritis, yakni memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif; mudah memahami sudut pandang orang lain; menjadi rekan kerja yang baik; lebih mandiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan telah mengingatkan kita akan pentingnya berpikir kritis sebagaimana tertuang dalam Surah Az-Zumar ayat 9:
“… Katakanlah: Adakah sama orang yang paham dengan yang tidak paham, adakah sama orang yang berpikir dengan orang yang tidak berpikir, adakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Sesungguhnya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran dari hal itu.
2. Berpikir Kreatif
Yang kedua, mulai sekarang kita harus membangun pola pikir yang kreatif. Membangun pola pikir yang kreatif dengan memiliki mindset bahwa peluang itu selalu ada, lalu ditopang dengan sikap optimis. Berpikir kreatif akan melahirkan banyak inovasi, dengan adanya inovasi maka akan menyebabkan banyak perubahan. Orang yang senantiasa kreatif tidak akan kehabisan akal dalam mengerjakan sesuatu. Jika ia menjumpai banyak hambatan maka ia akan menemukan solusinya. Karena bagi orang yang kreatif, setiap hambatan pasti ada peluang.
Tindakan untuk menjadi kreatif dapat menggunakan teori ATM yakni Amati, Tiru dan Modifikasi. Setiap ide kreatif yang muncul tidak harus bersifat orisinil namun bisa dengan memodifikasi apa yang sudah ada untuk menjadi sesuatu yang baru.
Teori mengamati bahkan sudah tertuang dalam Al-Qur’an pada Surah Al-Ghasiah ayat 17-20. “Maka tidakkah mereka mengamati unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? Dan bumi, bagaimana dihamparkan?”
3. Komunikatif
Yang ketiga, memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi adalah kemampaun untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, keinginan, melalui komunikasi verbal mau pun non-verbal untuk mendapatkan pengertian orang lain. Memiliki kemampuan komunikasi bagi generasi milenial adalah keniscayaan, di mana ide dan gagasan hanya bisa dijual dengan kemampuan ini. Tidak sedikit kreativitas yang dihasilkan memiliki nilai jual yang tinggi, namun tidak laku di pasaran dikarenakan cara menjual hasil kreativitas tersebut kurang baik atau kurang tepat.
Seorang pakar komunikasi dari UM Malang, mengungkapkan, “Tidak ada barang yang tidak laku dijual, akan tetapi barang yang tidak laku disebabkan banyak orang tidak tahu cara menjualnya.” Menurutnya semua produk dapat dijual di pasaran namun bergantung pada kemampuan komunikasi dari para penjualnya. Bagaimana para penjual produk ini mampu meyakinkan para pembeli untuk membeli produk mereka.
Kemampuan komunikasi ini tidak hanya penting untuk menjual hasil kreativitas, namun juga untuk membangun kerja sama yang baik dengan pihak lain baik bagi sesama rekan tim mau pun dengan lembaga mitra. Setidaknya ada lima hal yang menjadi tolak ukur dalam berkomunikasi sebagaimana yang dikutip dari maximaimpactindonesia.com yakni persepsi, ketepatan, mempengaruhi sikap/pengendalian, kredibilitas dan menjaga hubungan.
4. Kolaboratif
Yang keempat, memiliki kemampuan Kolaboratif. Kemampuan kolaboratif adalah kemampuan bekerja di dalam sebuah tim guna mencapai target yang diinginkan secara bersama. Kemampuan ini wajib dimiliki generasi milenial dalam menghadapi tantangan zaman, di mana mereka akan banyak berinteraksi dengan banyak pihak dalam mengerjakan sesuatu. Apalagi kreativitas yang telah didesain dengan baik akan sulit direalisasikan jika tidak memiliki kemampuan kolaboratif.
Sebagaimana sebuah perusahaan Gojek yang dikembangkan oleh Mas Menteri Pendidikan saat ini, Bapak Nadiem Makarim. Dalam menjalankan operasinya, misalnya perusahaan Gojek ini terdiri dari manager, staff administrasi, staff IT dan staff keuangan. Mereka akan memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan saling ketergantungan. Seorang manager akan membutuhkan staffnya untuk menjalankan ide-ide cemerlang yang ia rencanakan, staff administrasi mengerjakan syarat-syarat secara administrasi mulai dari perizinan, perekrutan hingga menjadi call center, staff IT membuat program-program untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhdadap aplikasi gojek mulai dari pemesanan secara daring, pembayaran cash atau menggunakan go-pay, serta pemberian reward baik bagi pengguna aplikasi gojek mau pun bagi partisan gojek itu sendiri, sementara staff keuangan merumuskan berapa pemasukan yang harus didapat melalui penggunaan aplikasi tersebut serta memfasilitasi secara materiil terkait apa saja yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi gojek ini. Agar perusahaan dapat berkembang dengan baik sesuai apa yang direncanakan sang manajer maka semua pihak yang terlibat harus bekerjasama dengan baik.
Kemampuan kolaboratif ini juga tertuang dalam sebuah pepatah Ubuntu, Afrika yang berbunyi: “Jika Anda ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendirian, tapi jika ingin berjalan lebih jauh, maka berjalanlah bersama orang lain.”
5. Istiqomah/Telaten/Ulet
Jika sudah memiliki empat karakter di atas, maka tahapan selanjutnya adalah telaten/ulet/istiqomah. Telaten berarti melakukan pekerjaan secara terus menerus walaupun kecil, sebagaimana yang tertuang dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim No. 783 dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Subahanahu wa Ta’ala adalah amalan yang continue (terus menerus) walaupun itu sedikit.”
Maka untuk menjadi insan yang berkemajuan di masa depan, maka kunci yang terakhir adalah harus telaten. Sebagaimana yang dipraktikkan oleh penemu sekaligus pemilik KFC (Kentucky Fried Chicken) Kolonel Harland Sanders, sang penemu resep ayam goreng dengan 11 bumbu pertama kali di dunia. Ia mengaku untuk menjual resep ayam gorengnya ia rela berkeliling Amerika dan ditolak sebanyak 1.009 kali. Padahal dirinya hanya meminta 4 sen dari setiap ayam goreng yang terjual. Sayangnya, tawaran Sanders tak kunjung disetujui. Namun sang kolonel tidak pernah menyerah, ia terus mondar-mandir ke berbagai restoran untuk menawarkan resepnya tersebut, dan akhirnya bertemu dengan Pete Harman, seorang temannya yang langsung sukses setelah menjual ayam goreng dengan resep Sanders. Setelah itu pihak-pihak lain pun mulai tertarik untuk membeli resepnya.
Penulis : Drs. H. Jazim Ahmad, M.Pd. (Rektor Universitas Muhammadiyah Metro)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.